Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dubes Afrika Selatan Diusir dari Amerika Serikat: Gak Diterima Lagi!

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio. (x.com/Secretary Marco Rubio)
Intinya sih...
  • AS mengusir duta besar Afrika Selatan untuk Washington, Ebrahim Rasool, karena dianggap membenci AS dan Presiden Donald Trump.
  • Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menautkan artikel yang mengutip pernyataan Rasool yang mengecam pemerintahan Trump.
  • Trump membekukan bantuan ke Afrika Selatan karena tindakan mengerikan dan diskriminasi rasial terhadap orang kulit putih.

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) mengusir duta besar Afrika Selatan untuk Washington, Ebrahim Rasool. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, bahkan menegaskan Rasool tidak diterima lagi kehadirannya di Negeri Paman Sam.

Dalam sebuah unggahan di X, Rubio menuduh Rasool membenci AS dan Presiden Donald Trump. Dia menggambarkannya sebagai politisi yang suka menghasut tentang ras. Tentunya, kebijakan tidak populer ini memperluas ketegangan antara AS dengan Afrika Selatan.

"Kami tidak punya hal untuk dibicarakan dengannya," tegas Rubio, dilansir dari BBC, Sabtu (15/3/2025).

1. Rasool klaim Trump luncurkan "serangan"

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (x.com/POTUS)

Dalam unggahannya pada Jumat (15/3/2025), Rubio menautkan ke sebuah artikel dari media sayap kanan Breitbart yang mengutip beberapa pernyataan Rasool baru-baru ini yang disampaikan selama kuliah daring tentang pemerintahan Trump.

"Apa yang Donald Trump luncurkan adalah serangan terhadap petahana, mereka yang berkuasa, dengan memobilisasi supremasi terhadap petahana, di dalam dan luar negeri," kata Rasool di acara tersebut.

Dia menyatakan gerakan MAGA (Make America Great Again) merupakan respons terhadap data yang sangat jelas, menunjukkan pergeseran demografis yang besar di AS ketika pemilih yang memberikan suara.

"Diproyeksikan akan menjadi 48 persen kulit putih," ujar Rasool.

Sebagai tanggapan, Rubio menyebut Rasool "PERSONA NON GRATA", merujuk pada frasa Latin untuk orang yang tidak diinginkan. Unggahan dari Rubio muncul saat meninggalkan Kanada setelah pertemuan dengan para Menteri Luar Negeri.

2. Hubungan antara AS dan Afrika Selatan telah memburuk sejak Trump menjabat

Bendera Afrika Selatan (pexels.com/Engin Akyurt)

Di sisi lain, Trump menandatangani perintah eksekutif bulan lalu yang membekukan bantuan ke Afrika Selatan. Perintah tersebut merujuk pada tindakan mengerikan oleh Afrika Selatan dan mengutip diskriminasi rasial yang tidak adil terhadap orang Afrikaner kulit putih, mereka yang merupakan keturunan pemukim Belanda.

Perintah tersebut juga merujuk pada undang-undang baru, Undang-Undang Pengambilalihan, yang menurut perintah tersebut menargetkan orang Afrikaner dengan mengizinkan pemerintah untuk mengambil alih tanah pribadi.

"Selama Afrika Selatan terus mendukung pelaku kejahatan di panggung dunia dan membiarkan serangan kekerasan terhadap petani minoritas yang tidak bersalah dan tidak disukai, Amerika Serikat akan menghentikan bantuan dan asistensi kepada negara tersebut," begitu pernyataan dari Gedung Putih.

Pemerintah Afrika Selatan menyangkal undang-undangnya terkait ras. Namun, lembar fakta dari Gedung Putih menyatakan negara tersebut secara terang-terangan mendiskriminasi keturunan etnis minoritas dari kelompok pemukim.

3. Pengusiran dubes asing jarang terjadi

Ilustrasi negara Amerika Serikat atau United States (Freepik.com/ wirestock)

Meskipun diplomat berpangkat rendah terkadang diusir, sangat tidak biasa di AS hal itu terjadi pada pejabat yang lebih senior seperti duta besar asing.

Bahkan, baik AS maupun Rusia tidak mengambil tindakan seperti itu terhadap satu sama lain, bahkan di tengah ketegangan selama Perang Dingin. Rasool sebelumnya menjabat sebagai duta besar negara itu untuk AS dari 2010 hingga 2015, sebelum ditunjuk lagi untuk jabatan tersebut pada 2025.

Rasool lahir dan besar di Cape Town. Saat masih sembilan tahun, dia dan keluarganya diusir paksa dari sebuah apartemen yang hanya diperuntukkan bagi orang kulit putih. Seiring bertambahnya usia, dia menjadi lebih tertarik pada politik dan mengatakan pengusiran itu merupakan momen penting dalam masa kecilnya yang menentukan masa depannya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us