Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Duh, 100 Lebih Petugas Medis dan Pekerja Darurat Tewas di Lebanon

ilustrasi layanan darurat (unsplash.com/Mathurin NAPOLY / matnapo)
ilustrasi layanan darurat (unsplash.com/Mathurin NAPOLY / matnapo)

Jakarta, IDN Times - Kantor hak asasi manusia PBB (UNCHR) melaporkan bahwa lebih dari 100 tenaga medis dan pekerja darurat di Lebanon telah tewas sejak dimulainya konflik antara Israel dan Hizbullah setahun yang lalu.

"Secara keseluruhan, lebih dari 100 tenaga medis dan pekerja darurat telah tewas di seluruh Lebanon sejak Oktober tahun lalu," kata juru bicara UNCHR, Ravina Shamdasani, dalam pengarahan di PBB pada Jumat (11/10/2024).

"Kami juga telah menerima beberapa laporan tentang serangan udara yang menargetkan pusat-pusat medis lainnya, serta kematian paramedis dan pemadam kebakaran," tambahnya, dikutip dari Reuters.

1. 18 fasilitas kesehatan di Lebanon diserang sejak 17 September

Sementara itu, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Christian Lindmeier, mengungkapkan bahwa sejak 17 September, telah terjadi 18 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Lebanon, yang mengakibatkan sedikitnya 72 pekerja kesehatan tewas.

Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan kemampuan militer di Lebanon dan Gaza serta mengambil langkah untuk mengurangi risiko terhadap warga sipil. Mereka menuduh Hizbullah, seperti halnya Hamas, bersembunyi di antara warga sipil, namun tuduhan ini dibantah oleh kelompok tersebut.

Menurut Konvensi Jenewa, yang telah diratifikasi oleh Israel bersama 195 negara lainnya, menargetkan pekerja penyelamat atau staf medis secara langsung merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

2. Menjalankan tugas sama dengan bunuh diri

Dilansir dari Al Jazeera, Mahmoud Karaki, juru bicara unit penyelamatan Komite Kesehatan Islam, mengatakan bahwa 18 pusat komite tersebut telah menjadi target langsung serangan Israel dalam setahun terakhir.

“Di semua pusat yang diserang, tidak ada target militer di dekatnya maupun di dalamnya. Musuh Israel selalu berusaha mencari alasan, tetapi itu tidak benar,” kata Karaki.

Pekerja pertahanan sipil dari Tebnine, yang berjarak 30 menit berkendara dari perbatasan selatan, mengungkapkan bahwa peningkatan kekerasan selama beberapa minggu terakhir telah mengguncangnya.

“Dengarkan saya, mereka menargetkan Palang Merah, pertahanan sipil, dan pemadam kebakaran. Mereka menargetkan Al-Risala dan Komite Kesehatan Islam, yang berarti mereka dapat menargetkan apa pun tanpa akuntabilitas… mereka tidak takut (akan dampaknya),” tuturnya dengan nada panik.

Al-Risala dan Komite Kesehatan Islam adalah layanan kesehatan yang masing-masing berafiliasi dengan partai politik Lebanon, Haraket Amal dan Hizbullah.

“Saya sudah bekerja selama setahun. Tapi sekarang ... demi Allah, ini sama dengan bunuh diri. Jika ada kebakaran ... Anda pergi ke sana untuk bunuh diri, bukan untuk memadamkan api, karena kemungkinan pesawat akan menyerang Anda," tambahnya.

3. Israel sering menghambat operasi penyelamatan

Peneliti konflik Lebanon, Ahmad Baydoun, mengatakan bahwa setelah terjadi serangan, Israel sering kali menggunakan senjatanya untuk memastikan bantuan tidak sampai ke lokasi kejadian.

“(Israel) tidak akan membiarkan orang pergi ke lokasi tertentu. Mereka ingin memastikan semua orang di sana sudah mati," kata Baydoun. 

Hizbullah sebelumnya juga menyatakan bahwa Israel telah menghalangi upaya pencarian dan penyelamatan untuk menemukan ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Hachem Safieddine, yang disebut-sebut sebagai calon pengganti Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah yang terbunuh pada September.

Safieddine telah hilang sejak serangan udara Israel mengguncang Beirut pada pekan lalu. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyebut Safieddine kemungkinan besar tewas dalam serangan itu.

“Kami tidak memiliki informasi selain bahwa ini adalah bagian dari serangan terhadap warga sipil. Israel mengambil keputusan untuk membiarkan pinggiran kota tetap kosong sehingga mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan," ujar Ali Tfayli, juru bicara Hizbullah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us