Jerman: Usulan Tarif Ekonomi Uni Eropa ke China Bukan Hukuman

Jakarta, IDN Times - Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck melakukan kunjungan ke Beijing selama tiga hari, terhitung sejak Jumat (21/6/2024). Lawatan tersebut terjadi di tengah ketegangan mengenai pembicaraan baru-baru ini, terkait penerapan tarif impor yang tinggi untuk kendaraan listrik (EV) buatan China yang dijual ke Uni Eropa (UE), guna memerangi apa yang disebut UE sebagai subsidi yang berlebihan.
"Penting untuk dipahami bahwa ini bukanlah tarif hukuman," kata Habeck pada Sabtu.
"Negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, dan Turki telah menggunakan tarif hukuman. Namun, tidak dengan UE. Eropa melakukan berbagai hal secara berbeda," tambahnya, dikutip dari Reuters.
1. Jerman berusaha menengahi perselisihan dagang China-Uni Eropa
Sebelumnya, Beijing telah memperingatkan menjelang kedatangan Habeck, bahwa perselisihan yang meningkat dengan UE terkait kendaraan listrik dapat memicu perang dagang. Hal ini karena produsen mobil mereka mendesak pemerintah untuk menaikkan pajak impor pada kendaraan berbahan bakar internal di Eropa.
"Eropa terus meningkatkan perselisihan dagang dan dapat memicu perang dagang. Tanggung jawab sepenuhnya berada di pihak Eropa," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Deutsche Welle.
Habeck mengatakan, kunjungannya tidak akan meredakan ketegangan perdagangan. Dia menghadapi tindakan penyeimbang, di mana perusahaan-perusahaan Jerman berusaha untuk terus berinvestasi di China.
Sementara itu, pada saat yang sama negaranya mengurangi risiko dengan mencoba menghilangkan ketergantungan pada Beijing di industri-industri utama.
Habeck menuturkan, selama 9 bulan, Komisi Eropa telah memeriksa dengan sangat rinci mengenai apakah perusahaan-perusahaan China telah mendapatkan keuntungan dari subsidi yang tidak adil.
"Tindakan balasan apa pun yang dihasilkan dari tinjauan UE bukanlah sebuah hukuman. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengimbangi keuntungan yang diberikan Beijing kepada perusahaan-perusahaan China. Standar yang sama dan setara untuk akses pasar harus dicapai," ujarnya.
2. Akan merugikan kedua belah pihak?

Saat bertemu dengan Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China Zheng Shanjie, Habeck mengungkapkan bahwa tarif UE yang diusulkan dimaksudkan untuk menyamakan kedudukan dengan Beijing. Dia juga menyerukan bahwa keduanya harus dengan serius berbicara atau bernegosiasi mengenai hal ini.
"Kami akan melakukan segalanya untuk melindungi perusahaan-perusahaan China. Usulan bea masuk UE terhadap kendaraan listrik buatan China akan merugikan kedua pihak," kata Zheng.
Zheng berharap Jerman akan menunjukkan kepemimpinannya di UE dan melakukan hal yang benar. Dia juga membantah tuduhan pemberian subsidi yang tidak adil. Menurutnya, pengembangan industri energi baru China adalah hasil dari keunggulan komprehensif dalam teknologi, pasar, dan rantai industri, yang dikelola dalam persaingan yang ketat.
"Pertumbuhan industri adalah hasil persaingan, bukan subsidi, apalagi persaingan tidak sehat," ujarnya kepada Habeck.
3. China adalah mitra dagang utama Jerman selama 8 tahun

Habeck adalah menteri tingkat tinggi Eropa pertama yang mengunjungi Negeri Tirai Bambu sejak UE mengumumkan proposal tarifnya. Baik Beijing maupun Berlin memandang kunjungan ini sebagai peluang bagi Habeck untuk meredam pukulan balik terhadap isu tarif, yang ditentang oleh produsen mobil Jerman karena takut akan adanya pembalasan.
Bea masuk sementara UE akan diberlakukan pada 4 Juli, sebelum menjadi definitif pada November.
Beijing merupakan mitra dagang utama Berlin selama 8 tahun berturut-turut. Rekor ini pun tidak berhenti hingga tahun ini, ketika perdagangan Jerman dengan AS senilai 63 miliar Euro (Rp1,1 kuadriliun) melampaui perdagangan dengan China senilai 60 miliar Euro (Rp1 kuadriliun). Pada Mei, ekspor Jerman ke China turun 14 persen, sedangkan ekspor ke AS naik 4,1 persen.
Di sisi lain, China menyumbang hampir sepertiga dari seluruh penjualan mobil Jerman tahun lalu.