Kelompok Militan Bunuh 23 Orang dalam Serangan di Kongo Timur

- Kelompok militan bunuh 23 orang di DRC timur dalam serangan beberapa hari terakhir.
- CODECO diduga lakukan serangan dengan motif persaingan pengaruh dan sumber daya mineral.
- Kekerasan di Kongo menyebabkan jutaan orang mengungsi, PBB akan menarik pasukannya akhir 2024.
Jakarta, IDN Times - Kelompok militan membunuh sedikitnya 23 orang saat melancarkan serangan di beberapa desa di Republik Demokratik Kongo (DRC) timur dalam beberapa hari terakhir.
Dilansir Reuters, pembunuhan tersebut terjadi di provinsi Ituri, bagian dari wilayah Djugu, pada Kamis (20/6/2024) dan Jumat (22/6/2024). Dua tokoh masyarakat setempat mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh Koperasi Pembangunan Kongo (CODECO), salah satu dari kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah timur yang dilanda konflik.
“Sebagian besar korban dibunuh dengan parang, tetapi mereka yang mencoba melarikan diri ditembak. Di semua desa ini, harta benda penduduk dirampas, rumah-rumah dibakar,” kata Vital Tungulo, ketua komunitas Nyali-Kilo di Djugu, pada Sabtu (22/6/2024).
1. CODECO dan ADF sering lakukan pembantaian terhadap warga sipil
Belum diketahui secara pasti apa motif serangan tersebut, namun kekerasan yang dilakukan oleh milisi di Kongo sering berkaitan dengan persaingan untuk mendapatkan pengaruh dan menguasai sumber daya mineral yang melimpah di wilayah tersebut.
Kantor Hak Asasi Manusia Gabungan PBB (UNJHRO), dalam laporannya yang diterbitkan pada Maret, mengungkapkan bahwa situasi hak asasi manusia (HAM) di Ituri telah memburuk ketika CODECO meningkatkan serangannya sejak awal tahun ini.
Menurut laporan misi penjaga perdamaian PBB, CODECO dan kelompok milisi lainnya, Pasukan Demokratik Sekutu (ADF), bertanggung jawab atas sebagian besar pembunuhan warga sipil di Kongo timur.
2. Beberapa korban dimakamkan di kuburan massal
Juru bicara militer Kongo di Ituri, Jules Ngongo Tshikudi, membenarkan serangan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak dapat diterima. Sementara itu, CODECO tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar.
Penduduk setempat dan tokoh masyarakat Daniel Anikumu mengatakan bahwa mereka sudah mulai menguburkan korban tewas, termasuk 11 jenazah di kuburan massal di desa Gangala.
3. Hampir 7 juta orang mengungsi akibat kekerasan di Kongo
Dilansir TRT World, kekerasan di Kongo telah menyebabkan hampir tujuh juta orang mengungsi, dengan banyak di antaranya berada di luar jangkauan bantuan.
Misi penjaga perdamaian PBB di Kongo sempat membantu memerangi pemberontak selama lebih dari dua dekade, namun pemerintah Kongo meminta mereka untuk mengundurkan diri karena dianggap gagal mengakhiri konflik. Misi tersebut akan menyelesaikan penarikan pasukannya pada akhir 2024.
Pemerintah juga mengatakan kepada pasukan regional Afrika Timur, yang dikerahkan tahun lalu untuk membantu mengakhiri kekerasan, untuk meninggalkan negara tersebut karena alasan yang sama.