Kelompok Pro-Rusia di Georgia Bakar Bendera Uni Eropa

Jakarta, IDN Times - Kelompok sayap kanan di Georgia, pada Selasa (14/3/2023), membakar bendera Uni Eropa (UE) yang terpasang di depan gedung parlemen. Mereka menentang pandangan pro-Eropa di negaranya usai demonstrasi besar pekan lalu.
Parlemen Georgia resmi menolak RUU pelabelan media independen, organisasi non-profit yang menerima dana asing lebih dari 20 persen sebagai agen asing. Pencabutan resmi dilakukan usai kericuhan menyusul demonstrasi akbar di Tbilisi jelang peresmian RUU tersebut.
1. Alt-Info menolak pandangan pro-Eropa di Georgia
Pembakaran bendera UE terjadi di tengah long march kelompok sayap kanan dan pro-Rusia, Alt Info. Ratusan simpatisan Alt Info, yang mayoritas laki-laki, melakukan long march dari Lapangan Giorgi Saakadze ke gedung parlemen.
Mereka melancarkan demonstrasi sebagai respons atas demonstrasi pro-Barat dan anti-pemerintahan pekan lalu, yang berakibat pencabutan RUU agen asing. Mereka menuntut referendum dari Partai Georgian Dream soal RUU agen asing tersebut.
Dilansir OC Media, ketika berada di luar gedung parlemen, demonstran menurunkan bendera UE dan merobeknya. Kemudian, mereka berhasil membakar bendera tersebut karena sedikit aparat kepolisian yang berjaga.
Mereka kemudian menaikkan bendera Georgia di tempat itu dan menempatkannya setengah tiang. Polisi yang berdatangan ke area demo berhasil membubarkan massa dan kembali mengibarkan bendera UE.
2. Pelaku akan didenda sebesar Rp5,9 juta
Kementerian Dalam Negeri Georgia segera membuka penyelidikan atas kasus tersebut. Pihaknya mengatakan polisi akan mengidentifikasi pelaku dan menghukumnya atas kasus pelecehan.
Pemerintah Georgia sudah menerapkan denda kepada orang yang melecehkan bendera UE dan NATO sebesar 1.000 lari (Rp5,9 juta). Kementerian juga menyerukan kepada seluruh warga agar tidak berperilaku seenaknya atas dalih kebebasan berkumpul dan berekspresi.
Dikutip Jam News, salah seorang penggagas RUU agen asing, Dmitry Khundadze, ikut mengecam aksi tidak bertanggung jawab ini. Ia menyatakan bahwa ini bukanlah keinginan dari negara dan masyarakat.
"Posisi terkait bagian dari masyarakat seperti perkelahian kepada sesama, merobek bendera tidak dapat diterima dan merusak citra negara," tulis Khundadze.
3. Alt-Info pernah menyerang 53 jurnalis pada 2021
Alt-Info sudah terlibat dalam sejumlah kasus kekerasan di Georgia. Salah satunya ketika mereka melancarkan serangan kepada sebanyak 53 awak media di tengah acara Tbilisi Pride pada Juli 2021.
Kekerasan yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan itu membuat acara Tbilisi Pride 2021 harus dibubarkan lebih awal. Aksi kekerasan juga dikeluhkan oleh para aktivis pro-LBGT di Georgia dan sejumlah simpatisan oposisi, yang menggelar demonstrasi damai di depan gedung pemerintahan.
Alhasil lebih dari 200 media menyerukan Kantor Kejaksaan Agung Georgia untuk menginvestigasi kekerasan tersebut. Jurnalis juga meminta agar sumber pendanaan dari media sayap kanan Alt-Info dipublikasikan, dilaporkan Agenda.