Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keruntuhan Ekonomi Myanmar, 2 Juta Warga Terancam Kelaparan

Warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine, 14 Desember 2012 (Foreign and Commonwealth Office, OGL v1.0OGL v1.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Dua juta orang di Rakhine, Myanmar, mengalami ancaman kelaparan akibat konflik intensif dan blokade perdagangan.
  • Harga bahan pokok seperti beras dan minyak goreng melonjak hingga sepuluh kali lipat, sementara akses terhadap layanan kesehatan mendasar terhenti.
  • Produksi beras hanya mencapai 20 persen dari kebutuhan, dan kondisi warga Rohingya semakin memburuk dengan larangan masuknya bantuan kemanusiaan.

Jakarta, IDN Times - Myanmar kini menghadapi situasi krisis yang mengkhawatirkan di negara bagian Rakhine. Setelah bertahun-tahun diwarnai konflik dan ketidakstabilan, dampak dari kebijakan militer yang membatasi pergerakan dan bantuan bagi penduduk mulai terasa. Kondisi ekonomi dan akses masyarakat terhadap kebutuhan pokok semakin terpuruk, menciptakan situasi yang memicu alarm internasional. Berbagai pihak memperingatkan bahwa tanpa solusi dan dukungan yang cepat, ancaman krisis kemanusiaan di wilayah tersebut akan terus membesar, mengancam kesejahteraan jutaan orang.

1. Krisis kelaparan di negara bagian Rakhine

Bantuan untuk membantu masyarakat yang mengungsi di Rakhine, Myanmar |14 December 2012 (DFID - UK Department for International Development, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Dilansir dari The Guardian, diperkirakan dua juta orang di negara bagian Rakhine, Myanmar, berada dalam ancaman kelaparan dalam beberapa bulan mendatang akibat konflik intensif dan blokade perdagangan. Penelitian dari UNDP menunjukkan adanya "keruntuhan ekonomi total" yang diperburuk oleh kebijakan militer yang membatasi perdagangan. Dampak ini sangat terasa dengan meningkatnya inflasi dan penurunan drastis dalam produksi beras, yang menyebabkan banyak warga hanya mampu makan sekali sehari atau bahkan kurang.

2. Harga pangan dan obat yang melonjak drastis

Mrauk U, Rakhine, Myanmar (Go-Myanmar.com, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Harga bahan pokok di Rakhine, seperti beras dan minyak goreng, melonjak hingga sepuluh kali lipat, sementara akses terhadap layanan kesehatan mendasar terhenti karena konflik yang berkepanjangan. Warga kesulitan mendapatkan obat-obatan dasar seperti parasetamol, yang harganya melonjak hingga lebih dari 6.000 kyat. Produksi beras tahun ini hanya mencapai 20 persen dari kebutuhan, dan akses perdagangan semakin terhambat dengan hanya dua rute suplai yang tersisa, menurut laporan dari UNDP yang dikutip oleh The Guardian.

3. Krisis Rohingya yang semakin memburuk

Warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine, 14 Desember 2012 (Foreign and Commonwealth Office, OGL v1.0OGL v1.0, via Wikimedia Commons)

Kondisi warga Rohingya di Rakhine kian memburuk dengan larangan masuknya bantuan kemanusiaan. Krisis ini mendorong banyak dari mereka untuk melakukan perjalanan laut berbahaya demi mencapai tempat yang lebih aman, seperti Indonesia. Pada bulan Oktober saja, tercatat lebih dari 395 pengungsi Rohingya tiba di Indonesia. UNDP mendesak perlunya mediasi politik internasional yang didukung oleh ASEAN dan PBB untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang meluas di Myanmar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tamara Rangkuti
EditorTamara Rangkuti
Follow Us