Majelis Umum PBB Minta Gencatan Senjata Permanen di Gaza

- PBB mendesak gencatan senjata permanen di Gaza dan pembebasan sandera oleh Hamas, dengan dukungan 85 negara.
- Resolusi juga meminta akses bantuan bagi warga sipil Palestina di Gaza dan dukungan untuk UNRWA.
- Kondisi di Gaza semakin memburuk dengan puluhan ribu warga tak menerima bantuan kemanusiaan, serta angka korban tewas dan luka terus bertambah.
Jakarta, IDN Times - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuntut agar gencatan senjata permanen segera berlaku di Gaza. Selain itu, majelis menuntut Hamas segera membebaskan para sandera.
Dilansir dari VOA, Kamis (12/12/2024), resolusi gencatan senjata Gaza ini didukung 85 negara dan berhasil diadopsi dengan 158 suara menyetujui resolusi dan sembilan suara menentang resolusi, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Israel serta 13 negara abstain.
“Pesan ini adalah desakan. Dan kami bersama Anda,” kata Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour setelah pemungutan suara rampung digelar, kemarin.
Resolusi ini juga meminta agar warga sipil Palestina di seluruh Gaza segera diberikan akses bantuan buat bertahan hidup.
Pemungutan suara terpisah juga dilakukan untuk resolusi lain yaitu mendukung kelangsungan kinerja dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestian atau UNRWA yang sempat dituduh Israel memihak Hamas. UNRWA juga telah dilarang beroperasi di Israel lewat UU yang disahkan di negara tersebut.
Lebih dari 90 negara menjadi sponsor dalam naskah dukungan ke UNRWA ini dan 159 negara setuju agar operasional UNRWA tetap berjalan untuk membantu warga Palestina. Namun sembilan negara menolak dan 11 negara abstain.
Meski demikian, resolusi Majelis Umum PBB ini tidak mengikat. Sementara, resolusi di Dewan Keamanan yang mengikat. Namun, setiap resolusi yang diajukan di DK PBB selalu diveto oleh AS, sekutu setia Israel.
1. AS dan Israel protes
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan pemungutan suara resolusi tersebut gagal mengaitkan secara langsung kondisi sandera Israel di tangan Hamas.
Sementara Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood menilai resolusi ini mengecilkan perlunya pembebasan sandera segera.
“Pesan yang kita kirim ke dunia melalui resolusi ini sangat penting. Kedua resolusi ini memiliki masalah yang signifikan. Yang satu memberi penghargaan kepada Hamas dan mengecilkan perlunya pembebasan para sandera dan merendahkan Israel tanpa memberikan jalan ke depan untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Palestina,” ucap dia.
2. Situasi di Gaza makin memburuk

Dengan berlanjutnya serangan Israel, kondisi di Gaza makin memburuk. Setidaknya 65 ribu sampai 75 ribu warga Palestina tak menerima bantuan kemanusiaan selama dua bulan terakhir.
Setelah dilaksanakan pemungutan suara, tercatat kedua resolusi terkait Gaza ini adalah resolusi yang menerima dukungan tertinggi dari semua mosi yang diajukan sejak 14 bulan lalu di mana perang antara Israel dan Hamas dimulai.
PBB juga meminta lebih dari 4 miliar dolar AS untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak di wilayah Palestina, tahun depan.
3. Jumlah korban tewas di Gaza terus bertambah

Jumlah korban tewas di Jalur Gaza terus bertambah. Angka terakhir dalam data Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan ada 44.805 orang yang tewas digempur Israel.
Terdapat pula 106.257 orang yang menjadi korban luka sejak serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.
“Dalam 24 jam terakhir, pasukan Israel menewaskan 19 orang dan melukai 95 lainnya dalam pembantaian yang juga mengenai warga sipil, dalam 24 jam terakhir,” sebut pernyataan Kemenkes Gaza.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” lanjut pernyataan itu.