Oposisi Albania Bakar Kursi di Depan Gedung Parlemen

Jakarta, IDN Times - Polisi Albania menetapkan 25 anggota parlemen sebagai terduga pelaku pengrusakan gedung parlemen, pada Selasa (1/10/2024). Puluhan anggota dari partai oposisi tersebut diduga terlibat kekerasan berupa pembakaran kursi di depan pintu bangunan.
Pada 2023, pembakaran di dalam gedung parlemen Albania sudah beberapa kali terjadi di tengah kisruhnya rapat antara partai pemerintahan dan oposisi. Tak hanya itu, adu jotos juga sempat terjadi antara salah satu anggota partai oposisi dan penguasa.
1. Oposisi klaim aksi untuk memperjuangkan kepentingan publik
Aksi pembakaran ini untuk memprotes vonis hukuman 12 bulan penjara kepada seorang anggota parlemen, Ervin Salianji pada 26 September lalu. Ia disebut telah melanggar hukum dengan memalsukan aturan hukum di Albania.
Melansir Balkan Insight, Salianji mengaku dirinya sebagai korban dari perselisihan politik dan hukuman ini dilandasi oleh motif politik. Anggota parlemen oposisi tersebut bahkan sudah menyerukan sebuah protes besar-besaran di Tirana pada 7 Oktober.
Menanggapi insiden ini, anggota parlemen oposisi Gazment Bardhi mengatakan, Perdana Menteri Albania Edi Rama yang sebenarnya melakukan pembakaran tersebut. Ia menyebut Rama berusaha menghapus institusi independen di Albania.
"Kami tidak berada di dalam kursi parlemen untuk kepentingan kami sendiri. Kami di sini untuk melindungi seluruh kepentingan publik Albania. Kursi yang kami duduki sebenarnya dimiliki oleh rakyat," terangnya.
2. Salianji berharap Partai Demokrat menang pada pemilu 2025
Pada Senin (30/9/2024), anggota parlemen dari Partai Demokrat Albania melakukan protes dengan memboikot rapat parlemen. Mereka sudah merencanakan sejumlah demonstrasi terkait hukuman yang dijatuhkan kepada rekannya, Salianji.
Melansir Albanian Daily News, Salianji sudah menyerahkan diri ke polisi pada Minggu (29/9/2024) dan dikirim ke penjara Fieri. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukungnya dan berharap partainya dapat memenangkan pemilu tahun depan.
"Saya ingin memastikan bahwa saya memiliki seluruh energi untuk keluar dari penjara sebagai pemenang dan bergabung dengan Anda semua dalam perjuangan melawan kejahatan yang mencengkeram negara ini selama 11 tahun. Terima kasih terdalam untuk semuanya," tuturnya.
3. AS dan Inggris sesalkan insiden kekerasan di Parlemen Albania
Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat di Tirana menyesalkan aksi kekerasan yang dilakukan sejumlah anggota parlemen oposisi Albania. Pihaknya menyebut kekerasan seharusnya tidak memiliki tempat dalam proses demokrasi.
"Kedubes AS sangat khawatir dengan pengrusakan dan pemaksaan di Parlemen Albania. Aksi pengrusakan dan mengancam ini tidak boleh ada dalam proses demokrasi. Kami mendesak seluruh pihak untuk mengadakan dialog konstruktif dan menghargai rakyat Albania," ungkapnya, dilansir Euronews.
Sementara, Kedubes Inggris di Albania juga menyebut kekerasan tidak memiliki tempat dalam sebuah proses demokrasi. Pihaknya menyebut aksi pembakaran tersebut merusak prinsip demokrasi.
"Kekerasan tidak memiliki tempat dalam demokrasi. Kedubes Inggris di Tirana meminta seluruh partai politik di Albania melibatkan diri dalam dialog konstruktif dan mengadakan proses parlemen yang damai," tuturnya.