Pemukim Ilegal Israel Serang Tepi Barat, Satu Warga Palestina Tewas

- Lebih dari 1.000 warga Palestina di Tepi Barat dibunuh oleh Israel sejak 2023.
- Gelombang kekerasan meningkat setelah perang di Gaza.
- Kanada, Inggris dan Prancis akan akui Palestina sebagai negara.
Jakarta, IDN Times - Seorang pria Palestina-Amerika terbunuh dalam serangan pembakaran yang dilakukan oleh pemukim Israel di kota Silwad, Tepi Barat yang diduduki, pada Kamis (31/7/2025).
Dilansir dari The New Arab, Wali Kota Silwad, Raed Hamed, mengatakan bahwa sedikitnya tujuh kendaraan dibakar oleh para pemukim ilegal sekitar pukul 02.00 dini hari waktu setempat, memicu kebakaran yang hampir mengenai rumah-rumah di sekitarnya. Korban, Khamis Abdul Latif Ayyad, berusaha memadamkan api, tetapi ia pingsan setelah menghirup asap tebal. Ia dinyatakan meninggal dunia tak lama kemudian.
Ayyad meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Sebagai bentuk berkabung, Kota Silwad menggelar demo pada Kamis.
Hamed mengatakan bahwa peningkatan serangan di sekitar Kota Ramallah merupakan bagian dari upaya Israel untuk memaksa warga Palestina meninggalkan rumah mereka demi merebut lebih banyak lahan.
1. Aktivis Palestina ditembak mati awal pekan ini
Dalam serangan terpisah, para pemukim Israel juga menargetkan desa-desa tetangga, Rammun dan Abu Falah. Menurut laporan media lokal, mereka membakar sejumlah mobil dan mencoret rumah warga dengan grafiti bernada rasis. Sementara itu, pasukan Israel menggerebek kamp pengungsi Askar di dekat kota Nablus pada pagi harinya.
Sebelumnya pada Senin (28/7/20250, aktivis Palestina, Odeh Hathalin, tewas setelah ditembak oleh seorang pemukim Israel di desa Umm al-Kheir, selatan Hebron. Hathalin adalah konsultan dalam film peraih penghargaan Oscar, No Other Land, yang mendokumentasikan serangan pemukim dan tentara Israel terhadap komunitas Palestina di Masafer Yatta.
Pelaku, Yinon Levi, segera ditangkap di lokasi kejadian, tetapi kemudian dibebaskan dengan status tahanan rumah pada Selasa (29/7/2025). Ia sebelumnya pernah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat (AS), tetapi telah dicabut oleh pemerintahan Donald Trump pada Januari 2025, dilansir dari CNN.
2. Lebih dari 1.000 warga Palestina di Tepi Barat dibunuh oleh Israel sejak 2023
Gelombang kekerasan di Tepi Barat meningkat tajam sejak meletusnya perang Israel di Gaza. Sejak Oktober 2023, lebih dari 1.000 warga Palestina telah dibunuh oleh pemukim dan tentara Israel di wilayah tersebut.
Awal tahun ini, parlemen Israel mengesahkan sebuah resolusi simbolis yang mendukung aneksasi Tepi Barat—wilayah yang telah berada di bawah pendudukan Israel sejak perang tahun 1967. Para pejabat garis keras Israel terus menyerukan aneksasi penuh serta perluasan permukiman, tindakan yang secara jelas melanggar hukum internasional.
Pada Rabu (30/7/2025) malam, para pemukim Israel mulai memperluas sebuah pos ilegal di atas lahan milik desa Deir Nizam, yang terletak di barat laut Ramallah.
3. Kanada, Inggris dan Prancis akan akui Palestina sebagai negara
Sementara itu, beberapa negara Barat, termasuk Perancis, Inggris, dan Kanada, telah mengumumkan rencana untuk mengakui negara Palestina tahun ini. Gagasan ini menuai kecaman dari Israel dan sekutu utamanya, AS.
"Wow! Kanada baru saja mengumumkan bahwa mereka mendukung negara Palestina. Hal ini akan membuat sangat sulit bagi kita untuk membuat Kesepakatan Dagang dengan mereka," demikian respons Trump di akun Truth Social-nya pada Kamis.
Jika Prancis dan Inggris secara resmi mengakui negara Palestina, AS akan menjadi satu-satunya anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang belum mengakui keberadaan negara tersebut.
"Satu lagi tamparan terhadap Israel - kali ini dari Kanada setelah Perancis dan Inggris. Setiap pengakuan membawa kita selangkah lebih dekat ke impian kita akan sebuah negara merdeka," tulis Imad Abu Shawish, seorang jurnalis di Gaza, di halaman Facebook-nya, dikutip dari BBC.