Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Raja Denmark Perbarui Lambang Negara saat Trump Incar Greenland 

Raja Denmark, Frederik X. (1st Lt. Danielle Rose, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Raja Denmark Frederik X melakukan perubahan signifikan pada lambang kerajaan Denmark. Istana kerajaan mengumumkan perubahan tersebut pada Senin (6/1/2025), seiring meningkatnya ketegangan antara Denmark dan Amerika Serikat terkait status Greenland.

Lambang baru kerajaan kini menonjolkan simbol beruang kutub dan domba jantan yang melambangkan Greenland serta Kepulauan Faroe. Raja Frederik menghapus simbol tiga mahkota yang telah menjadi bagian lambang kerajaan sejak 1613.

Istana kerajaan menyampaikan bahwa simbol tiga mahkota yang merepresentasikan Uni Kalmar antara Denmark, Norwegia, dan Swedia sudah tidak relevan lagi. Perubahan ini terjadi di tengah keinginan Donald Trump yang kembali menyatakan niatnya membeli Greenland.

1. Lambang kerajaan Denmark berubah 4 kali sejak 1819

Raja Frederik resmi menggantikan ibunya, Ratu Margrethe II, pada 14 Januari 2024. Perubahan lambang kerajaan dilakukan berdasarkan rekomendasi komite khusus yang dibentuk setelah penobatan Raja Frederik.

Dilansir The Guardian, perubahan ini merupakan yang keempat kalinya sejak 1819. Sebelumnya, lambang kerajaan Denmark telah mengalami perubahan pada 1903, 1948, dan 1972.

Sejarawan Universitas Lund Swedia, Dick Harrison, mengatakan penghapusan simbol tiga mahkota merupakan kejutan besar.

"Simbol ini telah bertahan sejak kekalahan besar dalam perang melawan Swedia pada 1640-an dan 1650-an, kehilangan Norwegia pada 1814, kehilangan Schleswig ke Jerman pada 1864, transisi ke modernitas, kehilangan Islandia, dan pendudukan Jerman pada Perang Dunia II," tuturnya.

Menurut pakar kerajaan Denmark Lars Hovbakke Sørensen perubahan ini mencerminkan ketertarikan pribadi Raja Frederik terhadap Arktik. Perubahan ini juga dinilai sebagai sinyal penting bahwa Greenland dan Kepulauan Faroe merupakan bagian dari wilayah Denmark yang tidak bisa diganggu gugat.

2. Trump tetap ingin beli Greenland meski ditolak

Donald Trump. (Shaleah Craighead, Public domain, via Wikimedia Commons)

Presiden terpilih AS, Donald Trump, menyatakan keinginannya memiliki Greenland pada Desember 2024. Dilansir BBC, Trump menyebut kepemilikan dan kontrol atas Greenland merupakan kebutuhan mutlak bagi keamanan nasional AS.

Trump bahkan menulis di platform Truth Social bahwa Greenland akan mendapat banyak keuntungan jika bergabung dengan AS. Ia berjanji akan melindungi dan menjaga Greenland dari dunia luar yang kejam.

Perdana Menteri Greenland, Mute Egede, langsung menolak pernyataan Trump tersebut.

"Greenland milik kami. Greenland tidak untuk dijual dan tidak akan pernah dijual," ujarnya.

Putra Trump, Donald Trump Jr, berencana mengunjungi Greenland dalam waktu dekat. Kunjungannya bersifat pribadi untuk keperluan pembuatan podcast.

Jarak antara Amerika Utara dan Eropa membuat Greenland memiliki nilai strategis bagi AS. Negara ini juga telah memiliki fasilitas pertahanan rudal dini di wilayah Greenland.

3. Ketegangan hubungan Denmark-Greenland

Ilustrasi bendera Denmark. (unsplash.com/Mark König)

Status Greenland sebagai wilayah otonom Denmark masih menjadi sumber ketegangan. Denmark tetap memegang kendali atas kebijakan luar negeri dan keamanan Greenland hingga saat ini.

PM Egede, dalam pidato tahun barunya, menyerukan kemerdekaan Greenland. Ia menyerukan rakyatnya bekerja sama menyingkirkan belenggu kolonialisme dan menentukan masa depan sendiri, dilansir Daily Mail.

Seakan saling menyahut, Raja Frederik dalam pidato tahun barunya justru menyatakan seluruh wilayah kerajaan harus bersatu.

"Kami semua bersatu dan berkomitmen bagi Kerajaan Denmark. Dari minoritas Denmark di South Schleswig hingga Greenland, kami adalah satu," ujar Raja Frederik.

Trump bukanlah presiden AS pertama yang tertarik membeli Greenland. Usulan serupa pernah disampaikan mantan Presiden AS Andrew Johnson pada 1860-an.

Melansir The Independent,  status politik dan budaya Greenland telah terikat dengan Denmark selama lebih dari satu abad. Meski AS memiliki kehadiran militer terbatas di sana, rakyat Greenland tidak pernah menunjukkan keinginan beraliansi dengan AS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us