Rusia Blokir Impor Buah dari Kazakhstan Imbas Ogah Gabung BRICS

Jakarta, IDN Times - Rusia memberlakukan larangan impor sejumlah buah dan sayuran asal Kazakhstan pada Jumat (18/10/2024). Keputusan ini ditetapkan setelah negara terbesar di Asia Tengah itu menolak bergabung menjadi anggota BRICS.
Badan Keamanan Pangan Rusia (Rosselkhoznadzor) mengungkapkan, buah dan sayur asal Kazakhstan tidak memenuhi standar keamanan fitosaniter di negaranya. Pihaknya mengklaim sudah mendeteksi 215 pelanggaran produk asal Kazakhstan.
Selama ini, Moskow memiliki rekam jejak memblokir impor produk asal negara yang bermasalah dengannya. Pada awal 2024, Rusia sempat melarang impor pisang asal Ekuador usai rencana penukaran senjata bekas Uni Soviet dengan Amerika Serikat (AS).
1. Rusia klaim menghargai keputusan Kazakhstan
Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa BRICS tidak akan menggantikan peran PBB. Ia menyebut kehadiran BRICS untuk melengkapi bukan untuk menandingi PBB.
"Kazakhstan adalah sahabat kami, rekan strategis kami, serta sekutu utama kami. Kami menghormati hubungan kedua negara. Inilah yang utama. Meskipun, tentu saja, Kazakhstan yang memutuskan kesediaannya berpartisipasi dalam organisasi tertentu," terang Peskov, dikutip Politico.
Pernyataan Kazakhstan menjadi pukulan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membuat BRICS sebagai aliansi global. Ia berniat menantang dominasi Barat dan mengalihkan sanksi yang ditetapkan kepada Rusia usai invasi skala besar ke Ukraina.
2. Kazakhstan tolak BRICS menjadi tandingan PBB
Pada Rabu (16/10/2024), Juru Bicara Kepresidenan Kazakhstan Berik Uali mengungkapkan penolakan bergabung dalam BRICS setelah menerima proposal.
"Pada saat ini, dan masa yang akan datang, Kazakhstan tidak akan mengajukan menjadi anggota BRICS. Evaluasi untuk menjadi anggota BRICS cukup rumit dan ini tidak sesuai dengan kepentingan nasional Kazakhstan," tutur Uali, dilansir Caspian News.
Ia menambahkan, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev tetap mendukung PBB menjadi organisasi internasional yang tidak tergantikan. Ia mendukung reformasi Dewan Keamanan PBB yang ikut mementingkan kekuatan regional.
Meskipun tidak bersedia bergabung, Presiden Tokayev akan tetap hadir dalam KTT BRICS di Kazan, Tatarstan pada 22-24 Oktober. Ia diagendakan bertemu dengan sejumlah kepala negara untuk membicarakan masalah geopolitik dan ekonomi.
3. Kazakhstan perkuat hubungan dengan Uni Eropa dan Jerman

Pada Kamis (17/10/2024), Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan Roman Vassilenko menghadiri Berlin Eurasian Club (BEC) untuk mempererat kerja sama ekonomi antara Kazakhstan, Uni Eropa, dan Jerman.
"Kazakhstan sedang mempromosikan paradigma ekonomi baru untuk menciptakan ekonomi yang didasarkan pada keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan. Ini sesuai dengan sistem keberlanjutan yang diterapkan Eropa dan Jerman untuk mencapai netralitas iklim pada 2060," kata Vassilenko, dilansir Astana Times.
Pada akhir September, Menteri Energi Kazakhstan Almasamad Satkaliev mengatakan negaranya berniat meningkatkan ekspor minyak dan gas ke Jerman. Ia menyebut target ekspor migas ke Jerman ditingkatkan dua kali lipat hingga mencapai 2,5 juta don.
Sebelumnya, Tokayev mengungkapkan bahwa Kazakhstan sudah siap meningkatkan ekspor migas ke Jerman yang beriringan dengan rencana Berlin untuk mencari suplai alternatif migas dari Rusia.