Sekjen PBB Kunjungi Perbatasan Gaza

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengunjungi Rafah, kota perbatasan Mesir-Gaza pada Sabtu (23/3/2024). Dia mengulangi seruan untuk melakukan gencatan senjata Hamas-Israel.
Guterres mengatakan sudah waktunya untuk membanjiri Gaza dengan bantuan kemanusiaan. Ini karena membiarkan kelaparan di wilayah tersebut merupakan kebiadaban.
Di sisi lain, Israel telah berjanji akan mengirim pasukan menyerang Rafah. Rencana itu akan tetap dilakukan meski tanpa dukungan dari sekutu dekatnya, Amerika Serikat (AS).
1. Serangan ke Rafah akan memperburuk keadaan
Guterres berada di perbatasan Mesir, dekat antrean panjang truk bantuan kemanusiaan yang akan memasuki Gaza. Dia ingin membanjiri wilayah Gaza dengan bantuan yang menyelamatkan nyawa.
"Serangan lebih lanjut (ke Rafah) akan memperburuk keadaan, lebih buruk bagi warga sipil Palestina, lebih buruk lagi bagi para sandera, dan lebih buruk lagi bagi semua orang di wilayah tersebut," katanya dikutip dari Associated Press.
Guterres mengeluh kesulitan mengalirkan bantuan ke Gaza. Sebagian besar lembaga bantuan internasional menyalahkan kesulitan itu karena tindakan Israel.
"Di sini, dari persimpangan ini, kita melihat kesedihan dan ketidakberdayaan, antrean panjang truk bantuan yang terhalang di satu sisi gerbang, dan bayangan panjang kelaparan di sisi lain," kata dia.
2. Rafah dibombardir Israel
Kota Rafah saat ini dipadati sekitar 1,5 juta orang. Kota ini berada di Gaza paling selatan. Israel berencana menyerang dengan pasukan darat meski tanpa dukungan dari sekutu AS.
Saat ini, meski pasukan darat Israel belum menuju Rafah, tapi kota itu terus dibombardir. Dilansir Al Monitor, keluarga Kawari yang mengungsi di Rafah setelah melarikan diri dari Gaza, mengatakan ada ledakan besar yang menewaskan empat anak dan nenek mereka karena serangan pada Sabtu.
"Seluruh rumah hancur. Kebakaran terjadi," kata Fawzy Kawari, salah satu kerabat korban tewas.
3. Operasi militer Israel di rumah sakit Al-Shifa terus berlanjut

Serangan Israel di Gaza terus berlanjut, khususnya operasi di sekitar kompleks rumah sakit Al-Shifa. Operasi tersebut telah memasuki hari keenam.
Dilansir AFP, militer Israel mengklaim lebih dari 170 militan tewas dan lebih dari 800 tersangka diintergosi. Mereka juga mengaku menemukan senjata. Badan kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan petugas kesehatan termasuk di antara mereka yang dilaporkan ditangkap dan ditahan.
Warga yang tinggal tidak jauh dari rumah sakit, Mohammed, mengatakan telah melihat banyak mayat di jalanan, gedung terbakar dan tank-tank yang menghalangi jalan.
"Saya merasa Gaza menjadi lebih buruk dari pada api neraka," katanya.
Setidaknya 31.988 orang telah tewas di Gaza sejak dimulainya serangan Israel pada bulan Oktober. Dua pertiga dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.