Ukraina Minta Warga di Donbass untuk Pergi

Jakarta, IDN Times - Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk, mendesak warganya yang ada di Ukraina timur, khususnya wilayah Donbass, untuk segera meninggalkan wilayah itu. Jika tidak melakukannya, pemerintah kemungkinan tidak dapat membantu saat Rusia meningkatkan intensitas serangan.
Rusia telah mengalihkan fokus serangan ke Donbass. Di daerah itu, ada Luhansk dan Donetsk, dua wilayah yang dikuasai pemberontak Ukraina pro-Rusia. Rusia membantu pemberontak membebaskan wilayah dari tentara Ukraina, dan ditakutkan akan melancarkan serangan jauh lebih mematikan dari pada sebelumnya.
Gubernur Luhansk, Sergiy Gaiday, juga mengatakan bahwa dalam beberapa hari ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi warga untuk pergi meninggalkan wilayah tersebut. Ini mengingat kekejaman tentara Rusia yang meninggalkan sekitar Kiev, yang dituduh telah membunuh ratusan warga sipil dengan puluhan mayat tergeletak di sepanjang jalan.
1. Kesempatan untuk pergi sebelum Rusia menyerang

Donbass adalah wilayah ujung timur Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia. Sebagian besar penduduk adalah penutur bahasa Rusia. Di Donbass, ada dua wilayah yang dikuasai pemberontak pro-Rusia, yakni Donetsk dan Luhansk.
Gejolak di Donbass muncul pada tahun 2014 lalu, persis setelah Rusia mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina. Rusia disebut mendukung para pemberontak yang ingin memisahkan diri dari Ukraina.
Selama delapan tahun terakhir, pertempuran kerap terjadi di garis kontak antara pemberontak dengan tentara Ukraina. Kini, Rusia yang mengalihkan serangan ke Donbass, disebut berusaha membebaskan wilayah itu dari tentara Ukraina.
Dikutip dari BBC, Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, meminta warganya harus segera meninggalkan daerah timur tersebut selagi masih bisa. Jika peringatan diabaikan, Vereshchuk mengatakan ada kemungkinan pemerintah Kiev tidak dapat membantu saat pasukan invasi Rusia telah memasuki wilayah tersebut.
Di Kharkiv, kota utara Donbass yang dekat perbatasan Rusia, juga mendapatkan peringatan. Vereshchuk mengatakan "Itu harus dilakukan sekarang karena nanti orang akan mendapat tembakan dan menghadapi ancaman kematian. Tidak ada yang bisa mereka lakukan tentang itu, kami juga tidak akan bisa membantu."
2. Rusia diperkirakan akan lanjutkan serangan aktif
Evakuasi warga sipil ketika tentara Rusia menyerang, terbukti sangat menyulitkan. Ini terjadi di kota pelabuhan Mariupol yang telah dikepung Rusia selama lebih dari satu bulan. Lebih dari 100 ribu penduduk masih terjebak di tengah pertempuran dan evakuasi mereka ke tempat yang aman terbukti sulit dilakukan meski berbagai upaya telah dilakukan.
Enam minggu setelah Rusia menyerang Ukraina, tentara Moskow di sekitar ibu kota Kiev telah ditarik dan kini diperkirakan sedang dialihkan untuk melancarkan serangan besar ke Donbass.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari kamis memperingatkan Rusia akan terus melanjutkan serangannya. Dilansir The Moscow Times, Rusia terus "mengumpulkan kekuatan tempur untuk mewujudkan ambisi buruk mereka di Donbass. Mereka bersiap untuk melanjutkan serangan aktif."
Di saluran media sosial, Gubernur Luhansk Sergiy Gaiday juga memberi peringatan kepada para warganya. "Beberapa hari ini mungkin menjadi kesempatan terakhir untuk pergi," katanya. Dia menyebut semua kota telah diserang dan satu orang tewas di kota Kreminna.
3. Serangan Rusia di Donbass telah dimulai meski dalam skala kecil

Kota-kota di Donbass yang dikuasai Ukraina telah mendapatkan serangan secara intensif. Gubernur Donetsk yang dikuasai Ukraina, Pavlo Kyrylenko, mengatakan pada hari Rabu (6/4/22), Rusia telah melancarkan tembakannya.
Dilansir The Guardian, Kyrylenko menjelaskan 10 gedung tinggi di kota Sievierodonetsk telah dibom dan terbakar. Rusia juga menyerang barat daya Donetsk, di kota Vuhldar. Salah satu titik distribusi bantuan juga telah dibom pesawat Rusia, yang menewaskan dua warga sipil dan melukai lima orang.
Para analis militer dari NATO dan Barat percaya, Rusia kini bertekad mengkonsolidasikan keuntungannya di selatan dan tenggara Ukraina. Tentara Rusia telah mengendalikan sebagian besar pesisir selatan Ukraina, yang bisa jadi koridor darat pasukan Moskow dan membentang dari Mariupol di timur ke Kherson di barat dan ke Krimea yang telah dicaplok pada 2014 lalu.
Di sisi lain, militer Ukraina saat ini belum terlihat memperkuat pasukan pertahanan di Donbass. Ukraina masih berusaha mengamankan daerah-daerah yang telah sukses dibebaskan dan perlu membentengi ibu kota dari upaya serangan mendadak Moskow.
Kepala administrasi militer regional Luhansk, Serhiy Haidai, memperkirakan tentara Rusia kemungkinan akan menyerang dalam tiga hingga empat hari setelah memindahkan pasukan cadangannya. "Kami mengamati kedatangan pasukan baru yang konstan, baik peralatan dan personel," jelasnya.