Ukraina Selidiki Dugaan Eksekusi Tentaranya yang Ditawan Rusia

Jakarta, IDN Times - Kantor Kejaksaan Ukraina, pada Rabu (2/10/2024), membuka investigasi terkait dugaan eksekusi terhadap tentaranya yang ditawan Rusia. Sebelumnya, beredarnya potongan video di internet yang menunjukkan tentara Rusia membunuh 16 tawanan perang Ukraina.
Pada September, Kantor Kejaksaan Ukraina masih menginvestigasi setidaknya 28 kasus pembunuhan kepada tentara Ukraina yang menyerahkan diri sejak dimulainya invasi skala besar Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Diduga sudah ada 73 tawanan perang Ukraina yang dibunuh Rusia.
1. Eksekusi diduga dilakukan usai tentara Ukraina menyerah
Ukraina mengatakan, peristiwa tersebut diduga dilakukan di dekat Desa Mykolayivka dan Sukhiy Yar, Distrik Pokrovsk, Donetsk Oblast. Para tentara itu diduga baru saja ditangkap oleh tentara Rusia di dekat area hutan.
Melansir RFE/RL, setelah dipaksa berbaris, tentara Rusia terlihat membuka tembakan kepada para tawanan perang tersebut. Dalam video tersebut, nampak tentara Rusia mendekati tentara yang diduga masih hidup dan kembali menembaknya dengan senjata mesin dari jarak dekat.
"Ini adalah laporan kasus eksekusi terbesar kepada tawanan perang Ukraina di garis depan dan menjadi indikasi bahwa pembunuhan dan penyiksaan tawanan perang bukanlah sebuah insiden yang disembunyikan," tutur Jaksa Agung Ukraina Andriy Kostin.
Sampai saat ini potongan video tersebut masih belum dapat dipastikan kebenarannya oleh verfikator independen. Jika memang benar, sesuai dengan hukum internasional tindakan eksekusi terhadap tentara yang menyerah dapat dikategorikan sebagai sebuah kejahatan perang.
2. Lithuania panggil Dubes Rusia atas eksekusi massal tentara Ukraina

Kementerian Luar Negeri Lithuania memanggil perwakilan Kedutaan Besar Rusia di Vilnius untuk menjelaskan eksekusi 16 tawanan perang Ukraina di Pokrovsk tersebut.
"Ini adalah pelanggaran besar dan terang-terangan Rusia terhadap aturan Konvensi Jenewa terkait dengan hukum memperlakukan tawanan perang. Kami mengecam agresi Rusia melawan Ukraina dan serangan terhadap warga beserta infrastruktur sipil di Ukraina," terangnya, dilansir LRT.
"Siapapun yang merencanakan ini dan berada di balik insiden ini beserta kejahatan perang Rusia lainnya harus tahu bahwa identitas mereka akan terungkap. Mereka akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya," sambungnya.
Vilinius juga mendesak Moskow untuk segera menarik pasukannya dari Ukraina untuk mengakhiri perang. Lithuania juga memperingatkan agar Rusia mau mengakui kedaulatan Ukraina sebagai negara merdeka.
3. Militer Ukraina mengaku mundur dari Vuhledar
Pada hari yang sama, militer Ukraina mengaku sudah menginstruksikan pasukannya untuk mundur dari sisi timur Vuhledar di tengah intensnya gempuran tentara Rusia. Keputusan ini untuk menghindari risiko pengepungan.
"Komando Militer Ukraina memberikan izin manuver untuk menarik unit dari Vuhledar demi menyelamatkan nyawa personel dan mengamankan peralatan tempur. Penarikan ini sangat penting bagi penetapan posisi di garis depan selanjutnya," ungkap grup tentara Khortytsia.
Mereka juga mengklaim sudah mengalami kekalahan besar dari tentara Rusia. Namun, mereka berusaha sebisa mungkin untuk tidak menyerah dan sempat menghadapi ancaman pengepungan.
Melansir The Moscow Times, perebutan Vuhledar adalah salah satu kesuksesan terbesar Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Kota tersebut dikenal sebagai kota benteng karena dikelilingi oleh dataran tinggi dan dibentengi dengan baik.