Pengamat Nilai Heru Budi Tak Ada Gebrakan saat Menjabat: Gini-Gini Aja

- Masa kepemimpinan PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono akan habis besok.
- Trubus Rahadiansyah menilai kinerja Heru kurang inovatif, terutama dalam penanganan kemacetan, banjir, sampah, dan tata ruang.
Jakarta, IDN Times - Masa kepemimpinan Penjabat (PJ) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono akan habis pada Kamis (17/10/2024) besok. Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah memberikan penilaian kritis terkait kinerja yang telah memimpin Jakarta selama dua tahun.
Trubus menilai Heru tidak mempunyai gebrakan dan inovasi baru untuk memperbaiki Jakarta selama menjabat khususnya isu utama di ibu kota.
"Kalau kita lihat ini, dari sisi kemacetan misalnya, tidak ada perubahan signifikan. Jalan berbayar elektronik (ERP) juga belum diterapkan. Jadi bisa dibilang tidak ada langkah baru, ya warganya gini-gini juga," ujar Trubus saat dihubungi IDN Times, Rabu (16/10/2024).
1. Heru hanya lanjutkan proyek

Sementara untuk penanganan banjir, Trubus menilai, Heru hanya melanjutkan proyek-proyek lama, seperti penyelesaian aliran Kali Ciliwung. Itu pun, menurut dia, sebenarnya pekerjaan Kementerian PUPR.
"Jadi, dia hanya mendorong saja, tidak ada inisiatif baru. Kekeringan air juga tidak tertangani, padahal saat musim kering, air bersih jadi masalah di Jakarta," ujarnya.
3. Tak maksimal tangani sampah

Trubus menambahkan, Heru juga tidak maksimal dalam menangani masalah sampah di Jakarta. Proyek Refuse-Derived Fuel (RDF) di Sunter dan TPST Bantargebang belum berjalan maksimal.
"Bahkan, proyek Sunter terhenti karena masalah dengan perusahaan asing yang memenangkan tender dan akhirnya mundur. Sampah masih ditumpuk di tempat-tempat lama," ujar dia.
3. Penghargaan tak dirasakan warga Jakarta

Di sisi tata rumah, Heru juga dinilai tidak bisa menangani tata ruang dan perumahan seperti rumah susun (rusun) yang rusak pembangunan baru pun tidak berjalan.
"Kalau ada penghargaan yang dia terima, kebanyakan hanya penghargaan formal dari kementerian atau lembaga. Banyak penghargaan, tapi tidak ada yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Total ada 200 penghargaan, tetapi lebih bersifat formalitas saja, tidak ada bukti nyata di lapangan," tuturnya.