Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada Varian Baru Omicron BA.2.75 Lebih Menular, Ini Fakta-Faktanya

ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan temuan adanya subvarian Omicron baru yakni BA.2.75 atau subvarian Centaurus.

Subvarian baru ini tengah menjadi sorotan para ahli dunia, sebab varian Omicron ini diketahui lebih ganas dari sebelumnya yakni BA.4 dan BA.5.

Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengungkapkan, varian baru ini sangat menular.

"Salah satu subvarian yang sedang diawasi WHO adalah BA.2.75, dijuluki Centaurus. Subvarian ini dianggap amat menular dan tersebar di 10 negara," ujarnya melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @ProfesorZubairi, dikutip Jumat (15/7/2022). IDN Times telah diberi izin mengutip unggahan tersebut.

1. Varian BA.2.75 lebih menular

Petugas kesehatan mendata pasien COVID-19 dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) yang baru tiba di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (21/6/2021) (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Meski lebih menular dibanding varian sebelumnya, namun menurut Zubairi, varian baru ini akan membuat kondisi pandemik nantinya akan lebih gelap.

"Belum ada bukti kuat akan membawa kita ke hari-hari tergelap dari pandemik seperti sebelumnya," ujar dia.

2. Varian BA.2.75 kategori Variant of Concern (VOC) yang diawasi ketat oleh WHO

Ilustrasi markas WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

Zubairi mengatakan, julukan Centaurus ini bukan nama resmi dari WHO dan belum diketahui siapa yang memberi julukan itu. Yang jelas, Centaurus merupakan makhluk mitologi Yunani yang berwujud setengah manusia, setengah kuda.

"Yang jelas BA.2.75 masuk kategori apa? BA.2.75 ada di kategori Variant of Concern (VOC) Lineage Under Monitoring (LUM). Artinya varian ini sedang diawasi secara ketat WHO," imbuhnya.

3. Belum ada bukti BA.2.75 menyebabkan penyakit lebih serius

Perawat tanpa APD lengkap sedang merawat pasien Corona di luar IGD RSUD RA Kartini Jepara. (Dok Humas Pemprov Jateng)

Zubairi menambahkan, sampai saat ini belum ada bukti jika BA.2.75 menyebabkan penyakit yang lebih serius daripada subvarian lainnya.

"Bahkan beberapa ahli menyebut BA.2.75 itu subvarian yang paling tidak mematikan," katanya.

4. Ada 70 kasus BA.2.75 yang tercatat

Ilustrasi pandemik COVID-19 (15/9/2020) (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Zubairi menerangkan, BA.2.75 ini pertama kali ditemukan di India dan ditemukan berada di sekitar 10 negara, dan Indonesia belum termasuk di dalamnya.

"Hanya ada sekitar 70 kasus BA.2.75 yang tercatat di seluruh dunia dan belum ada data yang menyatakan subvarian ini menyebabkan infeksi yang lebih serius ketimbang Omicron awal," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us