Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Mundur, Turki Ambil Alih Pertempuran Melawan ISIS di Suriah

Newsbook

Istanbul, IDN Times - Pemerintah Turki melalui Presiden Recep Tayyip Erdogan, pada hari Jumat (21/12) menyampaikan bahwa Turki akan mengambil alih tanggung jawab pertempuran melawan ISIS di Suriah.

Penyerahan tanggung jawab ini terjadi akibat Amerika Serikat yang menarik 2.000 pasukannya dari Suriah setelah Trump mengumumkan kemenangan AS melawan ISIS, seperti yang dilansir dari Reuters.

1. Berusaha mengalihkan dukungan NATO terhadap kekuatan Kurdi di Suriah

ARA News

Dikutip dari The National, Pemerintah Turki sudah lama melobi sekutunya di NATO untuk melepaskan dukungan mereka terhadap Kurdi di Suriah karena Turki sedang gencar menghancurkan upaya pembentukan Pemerintahan Otonomi Kurdi di daratan Turki.

Ditarik mundurnya pasukan AS yang menjadi tulang punggung bantuan pasukan Kurdi yang melawan ISIS di Suriah, telah menciptakan kondisi sempurna bagi Turki untuk melanjutkan operasi militer demi menghancurkan pemberontakan Kurdi.

Namun, Presiden Erdogan sadar bahwa target utamanya di Suriah adalah ISIS dan oleh sebab itu, untuk sementara operasi militer lanjutan terhadap daerah kekuasaan Kurdi di Utara Suriah akan dihentikan.

2. Keluarnya AS membuat gesekan dapat dihindari sepenuhnya

PRI

Kehadiran militer Amerika Serikat yang terus menghalangi gerak laju operasi militer Turki sejak invasi Turki pada tahun 2017 akhirnya mendapat peluang besar menghindari gesekan yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak di Suriah, dilansir dari Reuters.

Sekitar 2.000 pasukan reguler dan khusus AS yang ditempatkan di Suriah sering kali menghambat upaya ekspansi militer Turki terhadap sekutu AS di Suriah, yaitu pasukan Kurdi.

Dengan mundurnya AS dari keterlibatan di Suriah telah membuka peluang besar bagi Turki untuk melaksanakan operasi militer dengan bebas, baik melawan ISIS maupun pemberontak Kurdi. 

3. Saling tidak yakin dengan masa depan Suriah

Sputnik International

Kekuatan ISIS yang semakin lama melemah setelah digempur habis-habisan oleh Pemerintah Suriah, pemberontak Suriah, pemberontak Kurdi, Turki, AS, Iran, Rusia, dan lainnya, membuktikan bahwa kejayaan mereka tidak lama lagi akan berakhir.

Tetapi, pernyataan Presiden Donald Trump yang menyatakan bahwa ISIS sudah berhasil dikalahkan menyebabkan situasi ambigu karena sebetulnya ISIS masih memiliki kekuatan yang cukup kuat di sepotong wilayah Suriah.

Keluarnya AS dari kampanye militer di Suriah, membuat masa depan Suriah mulai bergerak menuju ke arah yang diinginkan oleh Pemerintah Suriah dengan dukungan Rusia dan Iran.

Kehadiran pasukan asing (NATO: Inggris, Prancis dan Turki), pemberontak Suriah, dan pemberontak Kurdi ditambah ISIS yang berkeliaran menjadi suatu permasalahan yang memperlama proses perdamaian.

Kemajuan atau mundurnya Suriah di masa yang akan datang hanya bisa dijawab setelah api perang benar-benar padam di tanah Suriah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us