Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Tolak Ukraina Jadi Anggota NATO di Tengah Perundingan Damai 

Gedung Putih Amerika Serikat (commons.wikimedia.org/AmericanXplorer13)

Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) menolak keanggotaan Ukraina dalam aliansi NATO di tengah upaya perundingan damai dengan Rusia. Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, pada Senin (24/2/2025) menyebut keanggotaan Kiev tak akan kembali dibahas.

“AS tak akan menerima keanggotaan Ukraina di NATO dan kemudian mewajibkan pasukan AS untuk menuju Ukraina. Itu sangat berbeda dengan komitmen AS terhadap NATO,” kata Waltz, dilansir Politico.

Pernyataan Waltz muncul sebagai respons terhadap komentar Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang menyatakan siap mundur, asalkan Ukraina bisa jadi anggota NATO. Waltz menyebut, pernyataan itu sebagai bentuk frustrasi Ukraina di tengah upaya pembicaraan damai.

Di bawah pemerintahan Trump, AS mulai menginisiasi pembicaraan damai dengan Rusia. Pada Selasa lalu, keduanya mengadakan pertemuan di Arab Saudi. Namun, pertemuan itu tak melibatkan Ukraina secara langsung.

1. Zelenskyy siap mundur sebagai presiden

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine, cc0)

Tuntutan agar Zelenskyy mundur sebagai presiden menggema setalah pertemuan di Saudi. Rusia menuntut agar Ukraina segera melakukan pemilihan ulang. Seruan ini tampaknya berupaya didorong oleh Trump.

Berbicara pada Minggu, Zelenskyy menyebut siap untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Namun dengan imbalan Ukraina memperoleh keanggotaan NATO.

"Jika ada perdamaian untuk Ukraina, jika Anda benar-benar membutuhkan saya untuk meninggalkan jabatan saya, saya siap. Saya dapat menukarnya dengan NATO," kata Zelenskyy, dilansir DW.

Zelenskyy juga mengatakan ia ingin melihat Trump sebagai mitra Ukraina dan lebih dari sekadar mediator antara Kiev dan Moskow. Ia menyatakan siap mengundurkan diri sesegera mungkin.

"Saya benar-benar menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar mediasi itu tidak cukup," katanya.

2. Hubungan Trump dan Zelenskyy mulai merenggang

Pertemuan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dengan Donald Trump pada 2019. (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine)

Dalam sepekan terakhir, hubungan antara Trump dan Zelenskyy mulai merenggang. Berawal dari pertemuan di Saudi yang tak mengikutkan Ukraina, Zelenskyy menyebut Trump terpngaruh disinformasi Rusia.

Trump kemudian kesal dengan tingkah Zelenskyy, lalu menyebutnya sebagai diktator dan menuduh Ukraina yang memulai perang dengan Rusia. Perang kata-kata ini menyebar dan membuat pertikain kedua pihak berdampak pada kepentingan nasional.

”Jujur saja, menurut saya tidak terlalu penting bagi Ukraina untuk hadir dalam perundingan damai tersebut. Ketika Zelensky mengatakan, oh, dia tidak diundang ke pertemuan, maksud saya, itu bukan prioritas karena dia melakukan pekerjaan yang buruk dalam bernegosiasi sejauh ini," kata Trump, dilansir media Ukraina Pravda.

Dilaporkan CNN, Trump telah menjelaskan bahwa ia ingin perang berakhir secepat mungkin. Ia bahkan rela mengorbankan banyak wilayah Ukraina untuk perdamaian itu.

Namun, langkah itu dikecam oleh pihak Ukraiana. Kiev meminta agar diikutsertakan dalam perundingan damai bersama dengan sekutunya dari negara-negara Eropa.

3. Rusia masih aktif gempur wilayah Ukraina

Pasukan militer Rusia. (commons.wikimedia.org/Mil.ru, free to use)

Rusia kini masih terus menggempur wilayah Ukraina. Pada Senin, Rusia meluncurkan 185 serangan drone terhadap Ukraina, tepat tiga tahun berlangsungnya konflik.

Angkatan udara mengatakan pasukan Ukraina menembak jatuh 113 pesawat nirawak dan 71 lainnya hilang dalam penerbangan tanpa menimbulkan kerusakan apa pun.

"Akibat serangan musuh, wilayah Dnipropetrovsk, Odesa, Kyiv, dan Khmelnytskyi menderita," kata angkatan udara, dilansir ABC News.

Ukraina melanjutkan operasi serangan jarak jauhnya ke Rusia pada Minggu malam. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan jatuhnya 22 pesawat nirawak Ukraina di empat wilayah Rusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us