Baru Dua Hari, Israel-Lebanon Saling Tuduh Langgar Gencatan Senjata

- Ketegangan kembali memanas di perbatasan Israel-Lebanon setelah pelanggaran gencatan senjata oleh kedua negara.
- Israel melancarkan serangan udara pertama ke Lebanon, menargetkan fasilitas penyimpanan rudal Hizbullah.
- Perjanjian gencatan senjata seharusnya berlangsung selama 60 hari, namun Israel masih mempertahankan kendali keamanan penuh atas perbatasan.
Jakarta, IDN Times - Ketegangan kembali memanas di perbatasan Israel-Lebanon setelah kedua negara saling menuduh melakukan pelanggaran gencatan senjata pada Kamis (29/11/2024). Padahal, perjanjian damai yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan Prancis itu baru berjalan dua hari.
Militer Israel melancarkan serangan udara pertama ke Lebanon sejak kesepakatan gencatan senjata diberlakukan. Mereka menyasar fasilitas penyimpanan rudal jelajah milik kelompok militan Hizbullah di Lebanon selatan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menginstruksikan pasukan militernya bersiap menghadapi eskalasi.
"Saya memberi arahan kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) agar siap menghadapi perang intensif jika terjadi pelanggaran gencatan senjata," ujar Netanyahu, dilansir Reuters.
1. Tuduhan pelanggaran dari pihak Lebanon
Melansir CBS News, tentara Lebanon melaporkan Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata berkali-kali sejak Rabu hingga Kamis. Mereka mencatat tank-tank Israel menembaki lima kota dan beberapa lahan pertanian di Lebanon selatan.
Media pemerintah Lebanon melaporkan dua warga sipil terluka akibat tembakan Israel di desa Markaba dekat perbatasan. Desa tersebut menjadi lokasi pertempuran sengit selama 14 bulan terakhir.
Anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, mengecam keras tindakan Israel tersebut.
"Israel menyerang warga yang kembali ke desa-desa perbatasan," kata Fadlallah kepada wartawan.
Pasukan Israel juga dilaporkan masih melakukan patroli dan pengawasan wilayah Lebanon menggunakan pesawat tempur dan drone. Suara dengungan drone dan tembakan artileri terdengar di sepanjang perbatasan Lebanon selatan.
2. Pembelaan dan tuduhan balik Israel
Militer Israel berkilah serangan udara mereka merespons aktivitas Hizbullah yang melanggar kesepakatan damai. Mereka mengklaim telah mengidentifikasi beberapa orang mencurigakan membawa kendaraan memasuki area terlarang di Lebanon selatan.
Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, membela IDF.
"Setiap penyimpangan dari kesepakatan ini akan ditegakkan dengan tembakan. Kita memasuki tahap baru, kami akan menegakkan kesepakatan ini dengan ketegasan yang sama seperti saat mencapainya," ujar Halevi, dikutip dari AP.
Israel memberlakukan jam malam ketat di Lebanon selatan sebagai bagian dari pengawasan gencatan senjata. Penduduk dilarang beraktivitas dari pukul 5 sore hingga 7 pagi waktu setempat. Juru bicara militer Israel, Kolonel Avichay Adraee mengingatkan warga Lebanon untuk tidak beraktivitas melewati Sungai Litani ke arah selatan.
3. Gencatan senjata dilakukan secara bertahap
Kesepakatan gencatan senjata seharusnya berlangsung selama 60 hari. Perjanjian damai mengatur penarikan bertahap pasukan kedua pihak. Hizbullah akan mundur ke utara Sungai Litani dan Israel kembali ke wilayahnya.
Tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB dijadwalkan mengambil alih patroli zona penyangga setelah kedua pihak mundur. Namun hingga Kamis, Israel masih mempertahankan kendali keamanan penuh atas kedua sisi perbatasan.
"Pasukan Lebanon akan menyebar secara bertahap ke selatan seiring penarikan mundur tentara Israel," jelas seorang pejabat Lebanon secara anonim.
Sementara, Hizbullah bersikap hati-hati menanggapi tuduhan pelanggaran Israel.
"Kami tidak ingin terburu-buru merespons, namun Hizbullah memiliki hak membela diri," kata Hassan Fadlallah.
Konflik Israel-Hizbullah telah menewaskan sedikitnya 3.961 orang dan melukai 16.520 lainnya di Lebanon sejak Oktober 2023. Serangan Hizbullah juga menewaskan 45 warga sipil Israel dan 73 tentara Israel di wilayah utara serta Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.