Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Perintahkan Evakuasi Warga Beit Hanoun 

Bendera Israel (pexels.com/David Rado)

Jakarta, IDN Times – Israel mengeluarkan perintah evakuasi kepada warga sipil yang tersisa di Beit Hanoun, Gaza Utara, pada Minggu (29/12/2024). Perintah ini memicu gelombang pengungsian baru, sementara serangan udara dan darat terus memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.

Langkah ini diambil sebagai bagian dari kampanye militer yang telah berlangsung selama hampir tiga bulan. Israel mengklaim tindakan ini diperlukan untuk mencegah Hamas memperkuat posisinya, tetapi organisasi internasional menilai kondisi di Gaza semakin kritis.

1. Evakuasi massal di tengah serangan bertubi-tubi

Perintah evakuasi terbaru dari Israel menyasar warga Beit Hanoun, yang merupakan salah satu kota di Gaza Utara. Sebelumnya, pada Jumat (27/12/2024), serangan besar-besaran juga terjadi di Beit Lahia, wilayah tetangga Beit Hanoun. Warga yang tersisa di wilayah ini diarahkan untuk bergerak ke selatan melalui koridor Netzarim yang dikontrol ketat oleh Israel.

Militer Israel juga mengklaim bahwa rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahia telah digunakan sebagai basis operasi Hamas. Akibatnya, rumah sakit tersebut diserang dan dipaksa tutup, meninggalkan kawasan tersebut tanpa fasilitas medis utama.

Sebagian pasien dipindahkan ke rumah sakit Indonesia di Jabalia, meskipun fasilitas itu sendiri tidak berfungsi penuh karena kekurangan air dan listrik.

“Tidak ada tempat yang aman (di Gaza)," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO bahkan telah mengirim misi darurat ke rumah sakit Indonesia untuk membantu pemindahan pasien ke Gaza bagian selatan.

2. Krisis kesehatan semakin memburuk

Serangan yang terus berlanjut juga menghancurkan fasilitas kesehatan. Serangan pada Minggu (29/12/2024) mengenai rumah sakit Al-Wafa di Gaza City. Serangan ini menyebabkan tujuh orang tewas, termasuk beberapa pasien yang sedang menjalani perawatan.

Kementerian Kesehatan Gaza, melalui Direktur Jenderal Munir al-Barsh, menyatakan bahwa rumah sakit Al-Wafa sebenarnya sedang dalam proses rehabilitasi untuk kembali beroperasi penuh.

“Jika tidak diserang oleh Israel hari ini, rumah sakit ini akan siap melayani pasien dalam beberapa hari mendatang,” ujarnya, dikutip Daily Sabah.

Serangan lainnya juga merusak lantai atas rumah sakit Al-Ahli di Gaza City pada hari yang sama. Meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, serangan ini memperparah kondisi rumah sakit yang sudah kewalahan akibat kurangnya pasokan obat dan tenaga medis.

3. Kehancuran meluas, masa depan Gaza suram

Lebih dari 45 ribu warga Palestina telah tewas sejak konflik dimulai pada 7 Oktober 2023, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza kini hidup dalam pengungsian yang memprihatinkan di tengah musim dingin.

Dilansir The Guardian, bayi berusia 20 hari bernama Jomaa al-Batran dilaporkan meninggal akibat hipotermia di Deir al-Balah, Gaza Tengah. Kakak kembar Jomaa, Ali, saat ini dirawat di unit perawatan intensif rumah sakit Al-Aqsa yang juga menghadapi keterbatasan medis.

Israel menyangkal tuduhan bahwa mereka menerapkan kebijakan surrender or starve (menyerah atau kelaparan) di Gaza. Sebaliknya, Israel mengklaim bahwa operasi militer ini bertujuan mengeliminasi ancaman Hamas. Namun, banyak pihak internasional menganggap tindakan ini sebagai upaya untuk secara permanen mendepopulasi wilayah Gaza Utara.

Kondisi Gaza terus memburuk dengan serangan yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Organisasi internasional, termasuk WHO, mendesak perlindungan bagi warga sipil dan akses bantuan kemanusiaan yang lebih baik. Namun, tanpa solusi diplomatik yang konkret, penderitaan jutaan warga Gaza diperkirakan akan terus berlangsung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us