Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Komentar Wapres AS Tak Menghormati Inggris dan Prancis, Kenapa?

Wakil Presiden AS JD. Vance berdialog dengan peserta Konvensi Rakyat di Huntington Place, Detroit, Michigan. (Gage Skidmore from Surprise, AZ, United States of America, CC BY-SA 2.0 via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • JD Vance menolak klaim penghinaan terhadap pasukan Inggris dan Prancis di Ukraina.
  • Inggris dan Prancis bersedia menempatkan pasukan sebagai bagian dari kesepakatan damai di Ukraina.
  • Komentar Vance muncul saat AS menghentikan bantuan militer ke Ukraina, memicu perhatian negara-negara Eropa.

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance memicu kontroversi dengan komentarnya terhadap potensi pasukan penjaga perdamaian di Ukraina. Ia dituduh tidak menghormati pasukan Inggris dan Prancis.

Vance dalam pernyataan mengatakan, "Saham AS dalam ekonomi Ukraina adalah jaminan keamanan yang lebih baik daripada 20.000 tentara dari suatu negara acak yang tidak pernah berperang dalam 30 atau 40 tahun."

Dilansir BBC pada Rabu (5/3/2025), Inggris dan Prancis telah mengatakan mereka bersedia menempatkan pasukan di Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai.

1. JD Vance membantah telah menghina

Vance dikritik politisi oposisi Inggris tidak menghormati pasukan Inggris karena pernyataannya tersebut. Namun, Vance bersikeras membantahnya.

"Saya bahkan tidak menyebutkan Inggris atau Prancis. Keduanya telah berjuang dengan gagah berani bersama AS selama 20 tahun terakhir, dan seterusnya," kata Vance.

Dalam sebuah unggahan di media sosial, Vance mengatakan, ada banyak negara yang secara sukarela (secara pribadi atau publik) memberikan dukungan yang tidak memiliki pengalaman di medan perang maupun peralatan militer untuk melakukan sesuatu yang berarti.

2. Inggris dan Prancis terbuka mengerahkan pasukan untuk Ukraina

tentara dalam perang Ukraina-Rusia (pixabay.com/Luaks Johnns)

Sejauh ini, hanya Inggris dan Prancis yang secara terbuka telah berkomitmen mengerahkan pasukan guna mengawasi setiap kemungkinan kesepakatan damai di Ukraina, meskipun Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer sebelumnya mengatakan bahwa "sejumlah negara" telah menyetujuinya.

Komentar Vance muncul saat AS menghentikan bantuan militer ke Ukraina, menyusul pertikaian yang memanas antara Presiden Donald Trump dan Volodymyr Zelenskyy di Ruang Oval minggu lalu.

Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih sebelum kesepakatan yang diusulkan untuk berbagi mineral Ukraina dengan perusahaan-perusahaan Amerika dapat ditandatangani. Namun, cekcok di Gedung Putih itu terjadi, dan Zelenskyy mengatakan tidak akan meminta maaf.

3. AS tidak menjamin keamanan Ukraina saat gencatan senjata

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (Wikimedia Commons/Official White House Photo by Shealah Craighead)

Sementara itu, Amerika Serikat juga tidak memberikan jaminan keamanan jika Ukraina sepakat gencatan senjata dengan Rusia. Hal ini yang menjadi perhatian negara-negara Eropa, utamanya Inggris dan Prancis.

Starmer mengatakan jaminan keamanan AS, seperti perlindungan udara, akan dibutuhkan untuk mencegah Vladimir Putin menginvasi Ukraina lagi, jika ada kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Namun, Trump sejauh ini menolak untuk menjanjikan hal ini, sebaliknya berpendapat bahwa pekerja AS di Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan mineral dapat memberikan jaminan tersebut.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us