Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Polisi dan Warga Sipil Haiti Diduga Bunuh 28 Anggota Geng Bersenjata

ilustrasi bendera Haiti (Pixabay.com/Jorono)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 28 orang yang diduga anggota geng bersenjata telah tewas di Haiti. Hal itu disampaikan Kepolisian Nasional Haiti pada Selasa (19/11/2024), dalam bentrokan terbaru di dekat ibu kota Port-au-Prince.

Kelompok geng menyerang kota pinggiran Petion-Ville pada dini hari. Polisi kemudian melepaskan tembakan, menewaskan 10 orang dan membuat lainnya melarikan diri. Penduduk yang termasuk kelompok bela diri ikut membantu polisi untuk mengejar anggota geng tersebut.

1. Polisi dan kelompok bela diri warga sipil melawan geng bersenjata

ilustrasi (Unsplash.com/ev)

Geng bersenjata di Haiti telah menguasai hampir sebagian besar ibu kota. Di sisi lain, pihak berwenang berjuang untuk mengambil alih kendali.

Dilansir RFI, di Petion-Ville yang berada di pingiran ibu kota, polisi menghentikan truk yang membawa anggota geng sekitar pukul 2.00 dini hari. Juru bicara Lionel Lazarre mengatakan bahwa bus yang mengangkut anggota geng juga dicegat di pusat ibu kota.

Polisi kemudian melepaskan tembakan yang menewaskan 10 orang. Polisi juga mengejar mereka dengan bantuan kelompok bela diri sipil, yang dibentuk masyarakat yang menentang geng-geng tersebut.

Orang-orang dilaporkan memutilasi lalu membakar mayat anggota geng, dengan cara menumpuk ban di atasnya dan kemudian dibakar.

2. Geng bersenjata minta Dewan Transisi untuk mundur

Sebelum insiden tersebut, pemimpin koalisi geng Jimmy Cherizier mengumumkan untuk menyerang Petion-Ville, sebuah daerah kelas atas. Cherizier adalah mantan perwira polisi yang jadi pemimpin geng dan menamakan koalisinya sebagai Viv Ansanm.

Dilansir dari Al Jazeera, Cherizier juga telah menyerukan pengunduran diri Dewan Transisi Presiden (CPT) yang saat ini memimpin Haiti.

"Koalisi Viv Ansanm akan menggunakan segala cara untuk menyingkirkan CPT," katanya pada Senin.

Geng-geng Haiti telah memasuki berbagai distrik di ibu kota untuk memperluas kendali. Mereka banyak menargetkan warga sipil meski ada pasukan internasional yang didukung PBB dan dipimpin Kenya untuk membantu polisi yang kalah persenjataan.

3. Kekacauan di Haiti terus berlanjut

ilustrasi (Unsplash.com/Susan Mohr)

Haiti mengalami kekacauan politik usai dibunuhnya Presiden Jovenel Moise pada 2021, dan kemudian mundurnya Perdana Menteri Ariel Henry. Viv Ansanm termasuk yang membantu penggulingan pemerintahan tersebut.

Kini, Haiti dipimpin Perdana Menteri Alix Didier Fils-Aime yang baru dilantik minggu lalu, menggantikan Garry Conille.

Dilansir AFP, sampai saat ini kekerasan dan kekacauan terus mengguncang Haiti. Menurut PBB, lebih dari 1.200 orang tewas dari Juli sampai September.

Dari mereka yang tewas, 47 persen disebabkan oleh geng, 45 persen hasil operasi penegakan hukum dan 8 persen karena kelompok bela diri warga sipil yang dikenal sebagai Bwa Kale.

Haiti juga kehilangan hubungan dengan dunia luar ketika Amerika Serikat (AS) minggu lalu melarang semua penerbangan sipil selama sebulan, usai tiga pesawat terkena tembakan ketika mendekati atau berangkat dari Port-au-Prince.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us