Presiden Prancis dan Menlu AS Bahas Cara Akhiri Perang Ukraina

- Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu dengan pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) di Paris untuk membahas gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.
- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak para pemimpin yang hadir di Paris untuk lebih vokal terhadap Rusia, menyebut tekanan terhadap Rusia sebagai satu-satunya cara menghentikan pembunuhan warga sipil.
- Pemerintah AS tetap mengupayakan perdamaian meskipun Rusia menolak proposal gencatan senjata yang diajukan bulan lalu, dengan Presiden Donald Trump telah melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Zelenskyy.
Jakarta, IDN Times – Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu dengan pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) pada Kamis (17/4/2025) di Paris. Dalam pertemuan itu, Macron menyambut Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Utusan AS Steve Witkoff untuk berdiskusi soal gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Ia menyebut pertemuan itu sebagai momen krusial yang menunjukkan kesamaan arah antara sekutu.
“Semua orang ingin mencapai perdamaian. Perdamaian yang kuat dan berkelanjutan. Pertanyaannya adalah tentang tahapannya,” kata Macron, dikutip dari The Guardian, Jumat (18/4).
Macron juga menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy lewat telepon sebelum pertemuan berlangsung. Selain itu, penasihat kebijakan luar negeri Macron dan mitranya dari Inggris serta Jerman lebih dulu bertemu dengan Kepala Staf Zelenskyy, Andriy Yermak.
1. Zelenskyy minta sekutu tekan Rusia agar setuju gencatan senjata

Zelenskyy menyerukan para pemimpin yang hadir di Paris untuk lebih vokal terhadap Rusia. Ia menyampaikan permintaan itu lewat Telegram beberapa jam sebelum pertemuan dimulai. Menurutnya, tekanan terhadap Rusia adalah satu-satunya cara menghentikan pembunuhan warga sipil.
“Rusia menggunakan setiap siang dan malam untuk membunuh. Kita harus menekan para pembunuh,” kata Zelenskyy, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (18/4).
Sebelumnya, Rusia kembali meluncurkan serangan udara dan tembakan artileri yang menewaskan sedikitnya 12 orang di Ukraina. Serangan di kota Sumy pada Minggu lalu bahkan menyebabkan 35 kematian dan memicu kecaman luas dari berbagai negara.
2. Utusan AS dituduh sebarkan narasi pro-Rusia oleh Zelenskyy

Zelenskyy menuding Steve Witkoff membawa narasi yang berpihak pada Rusia dalam pembicaraan damai. Tuduhan ini muncul setelah Witkoff menyebut masa depan wilayah pendudukan Ukraina jadi kunci kesepakatan damai. Presiden Ukraina itu merasa pernyataan semacam itu berbahaya.
“Saya yakin bahwa Tuan Witkoff telah mengambil strategi dari pihak Rusia,” kata Zelenskyy kepada wartawan.
Ia menilai narasi yang disampaikan utusan AS tersebut bisa jadi disebarkan secara sengaja ataupun tidak. Tuduhan ini menambah ketegangan diplomatik di tengah upaya menyatukan posisi semua pihak yang terlibat.
3. AS tetap dorong perdamaian meski proposal ditolak Rusia

Pemerintah AS tetap mengupayakan perdamaian meskipun Rusia menolak proposal gencatan senjata yang diajukan bulan lalu. Presiden Donald Trump telah melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Zelenskyy, tapi belum membuahkan hasil. Rusia dan Ukraina sejauh ini hanya menyepakati pembatasan serangan di laut dan infrastruktur energi.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Rubio telah menyampaikan pesan dari Trump kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
“Presiden Trump dan Amerika Serikat ingin perang ini berakhir, dan kini telah menyampaikan kepada semua pihak garis besar perdamaian yang langgeng dan abadi” kata Departemen Luar Negeri AS.
Pihak Rusia mengonfirmasi percakapan itu dan menyebut Lavrov menyambut baik dialog lanjutan untuk menyelesaikan krisis secara menyeluruh.