Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tahanan Politik Terlama di Dunia Dibebaskan dari Penjara Israel

pria memegang bendera Palestina (unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)

Jakarta, IDN Times - Nael Barghouti, tahanan politik terlama di dunia, telah dibebaskan dari penjara Israel setelah menghabiskan 45 tahun hidupnya di balik jeruji besi.

Pria berusia 67 tahun itu dibebaskan pada Kamis (27/2/2025) sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas. Ia termasuk di antara tahanan yang dideportasi ke Mesir.

Barghouti menghabiskan total 45 tahun di dalam penjara Israel, termasuk 34 tahun secara berturut-turut, menjadikannya tahanan politik terlama di dunia menurut Guinness World Records pada 2009. Ia juga tercatat sebagai tahanan Palestina dengan masa penahanan terpanjang di Israel.

1. Barghouti berterima kasih pada rakyat Gaza

Dalam sebuah video usai pembebasannya, Barghouti megucapkan terima kasih kepada masyarakat Gaza karena melawan pendudukan Israel.

“Kami menyampaikan kepada semua rakyat kami dan orang-orang merdeka di dunia bahwa tujuan rakyat kami adalah tetap menyatukan bangsa Arab untuk membebaskan Palestina dari laut hingga sungai," ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

Laporan media menyebutkan bahwa Barghouti tiba di Mesir pada Kamis setelah dibebaskan.

Dilansir dari Middle East Eye, istrinya, Iman Nafi, mengatakan bahwa pasukan Israel melarangnya pergi ke Mesir untuk bertemu suaminya.

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa larangan tersebut adalah demi alasan keamanan dan politik. Saya tidak mengerti maksudnya, tapi ada puluhan keluarga yang juga dilarang bepergian, seperti saya, untuk menemui para tahanan yang sudah dibebaskan. Kami berharap mereka mengizinkan kami segera melakukannya,” tambahnya.

2. Lahir dari keluarga pejuang

Barghouti lahir pada 23 Oktober 1957 di desa Kobar, Tepi Barat yang diduduki. Keluarganya juga merupkan pejuang yang terlibat dalam perlawanan terhadap pendudukan Inggris dan Israel di Palestina. Ayahnya pernah ditahan oleh pasukan Inggris, sementara pamannya tewas dalam Pemberontakan Arab pada 1936.

Sejak muda, Barghouti terlibat dalam aksi pelemparan batu terhadap pasukan Israel dan melukis slogan antipendudukan di dinding. Pada pertengahan 1970-an, ia bersama saudaranya, Omar, dan sepupunya, Fakhri, terlibat dalam aksi penyerangan terhadap warga Israel. Ia pertama kali ditangkap pada Desember 1977 dan dipenjara selama tiga bulan.

Beberapa bulan setelah pembebasannya, ia ditangkap lagi oleh pasukan Israel dan menghabiskan 34 tahun berikutnya di penjara. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan membunuh seorang perwira Israel bersama Omar dan Fakhri.

Barghouti dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada 2011, namun ditangkap kembali pada 2014. Di dalam penjara, ia dikenal di kalangan sesama tahanan sebagai sosok yang gemar membaca dan memiliki kecintaan terhadap sejarah. Ia juga mempelajari bahasa Ibrani dan Inggris selama mendekam di penjara. Karena senioritas dan popularitasnya, ia dijuluki sebagai "dekan para tahanan."

3. Banyak tahanan mengalami tanda-tanda penyiksaan dan kelaparan

Lebih dari 600 tahanan Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel pada Kamis sebagai imbalan atas penyerahan jenazah empat sandera Israel oleh Hamas. Dari jumlah tersebut, 97 di antaranya dideportasi ke Mesir, termasuk Barghouti.

Terlepas dari kegembiraan yang menyelimuti Tepi Barat dan Gaza, banyak tahanan yang dibebaskan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, kelaparan dan pengabaian perawatan medis selama dalam penahanan. Beberapa di antara mereka bahkan harus segera menerima perawatan medis setelah dibebaskan.

Dalam sebuah video, salah satu tahanan yang dibebaskan mengungkapkan penderitaan yang mereka alami di penjara.

"Kami tidak bisa tidur, kami kelelahan. Mereka menyiksa kami di penjara Israel. Mereka menyiksa kami dan menghancurkan kami. Kami tidak bisa makan," ujarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us