Terpilih Lagi Jadi Presiden China, Jokowi Beri Selamat ke Xi Jinping

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada Sabtu, (11/3/2023) mengucapkan selamat kepada Xi Jinping lantaran berhasil terpilih lagi menjadi Presiden China. Ini menjadi kali ketiga berturut-turut Xi terpilih menjadi orang nomor satu di Negeri Tirai Bambu. Ia akan memimpin China hingga lima tahun mendatang.
"Selamat Presiden Xi Jinping atas kembali terpilihnya Anda sebagai Presiden Republik Rakyat China. Sebagai mitra strategis, mari kita terus lanjutkan untuk memperkuat kerja sama kedua negara bagi kemakmuran China dan Indonesia," demikian cuit Jokowi di akun Twitternya pada hari ini.
Ia juga mengajak Xi untuk terus melanjutkan kontribusi bagi terciptanya stabilitas dan perdamaian di kawasan. Relasi Indonesia-China tergolong erat. Pada 2022 saja, Jokowi melakukan dua kali pertemuan dengan Xi.
Terakhir, saat Xi ikut hadir di KTT G-20 di Bali pada November 2022 lalu, Jokowi dan Xi menyaksikan secara virtual uji coba operasi kereta cepat Jakarta-Bandung. Sedangkan, dalam kunjungannya ke Beijing pada Juli 2022 lalu, Jokowi menyebut Indonesia dan China adalah saudara senasib dan sepenanggungan.
Lalu, kerja sama kongkrit kedua negara selain pembangunan kereta cepat yang baru-baru ini disepakati?
1. China berencana mengimpor 1 juta ton minyak sawit CPO dari Indonesia

Sementara, dalam kunjungannya ke Beijing pada Juli 2022 lalu, Jokowi juga bertemu dengan Perdana Menteri Li Keqiang. Li menegaskan bahwa Negeri Tirai Bambu berencana mengimpor 1 juta ton minyak sawit CPO dari Indonesia.
Selain itu, kedua negara juga menyepakati beberapa kesepakatan yakni:
- Pembaruan MoU Sinergi Poros Maritim Dunia dan Belt Road Initiative
- MoU Kerja sama Pengembangan dan Penelitian Vaksin dan Genomika
- MoU mengenai Pembangunan Hijau
- Pengaturan Kerja sama Kelautan
- Protokol mengenai ekspor nanas Indonesia
- Pengaturan Kerja Sama Pertukaran Informasi dan Penegakan Pelanggaran Kepabeanan
- Rencana Aksi Kerja Sama Pengembangan Kapasitas Keamanan Siber dan Teknologi
2. Kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan bisa beroperasi Juli 2023

Sementara, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menargetkan proyek pembangunan kereta cepat rampung pada Juni 2023. Sehingga, diharapkan kereta bisa dioperasikan untuk kepentingan komersial pada Juli 2023.
"Presiden menugaskan Pak Luhut (Menkomarves), saya dan Pak Erick (Menteri BUMN) untuk mengawal proyek ini. Kereta ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing bangsa kita," ungkap Menhub Budi saat meninjau proyek KCJB di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, pada akhir Januari 2023.
Mantan Direktur Angkasa Pura II itu mengklaim keberadaan kereta cepat Jakarta-Bandung dibutuhkan untuk mengatasi berbagai permasalahan. Salah satunya, kata Budi, soal kemacetan.
"Kita tahu bahwa cost dari kemacetan itu (mencapai) triliunan. Oleh karena itu Pak Presiden Jokowi memberikan tantangan kepada kami untuk bangun MRT, LRT, kereta cepat dan transportasi publik lainnya yang diharapkan bisa mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat kemacetan," tutur dia.
Namun, sejak awal mega proyek ini disetujui sudah mendapat penolakan dari publik. Sebab, jarak tempuh untuk kereta cepat dianggap terlalu dekat. Selain itu, sudah ada kereta lainnya yakni Argo Parahyangan.
Di sisi lain, proyek ini pada akhirnya turut menggunakan APBN senilai Rp4,1 triliun. Hal tersebut lantaran anggaran untuk proyek membengkak. Dari semula Rp86,5 triliun menjadi Rp114,24 triliun.
Target penyelesaiannya pun ikut molor. Dari semula ditargetkan rampung pada 2019 lalu bergeser menjadi 2023.
3. Xi Jinping terpilih jadi Presiden China untuk kali ketiga dengan raih 2.952 suara

Sementara, menurut laporan stasiun berita Channel News Asia, terpilihnya Xi untuk kali ketiga secara berturut-turut semakin menegaskan bahwa ia adalah pemimpin terkuat di China pada generasinya. Ia kembali terpilih untuk memimpin China usai memperoleh 2.952 suara bulat dalam Kongres Rakyat Nasional (National People's Congress/NPC) ke-14. di Balai Besar Rakyat, Beijing.
Namun, dalam proses voting itu tidak ada kandidat lain yang berani menantang Xi. Maka, tak heran bila pemilihan presiden itu disebut sebagai formalitas belaka. Di China, jabatan presiden hanya merupakan gelar seremonial.
Kekuasaan nyata justru berada di posisi sekretaris jenderal Partai Komunis China dan kepala militer.