Lecehkan Keluarga Pasien, Kemenkes Larang Pelaku Lanjutkan PPDS

- Kementerian Kesehatan akan sanksi tegas dokter residen yang melakukan pelecehan pasien di RSHS Bandung.
- Dokter residen diduga perkosa pasien keluarganya saat rawat inap, menggunakan obat penenang hingga korban kehilangan kesadaran.
- Universitas Padjadjaran dan RSHS Bandung menerima laporan kekerasan seksual dokter residen terhadap anggota keluarga pasien.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan akan menjatuhkan sanksi tegas untuk dokter residen yang diduga lakukan pelecehan keluarga pasien di RSHS Bandung, Jawa Barat. Tidak main-main, Kemenkes akan melarang dokter tersebut melanjutkan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
"Kami sudah berikan sanksi tegas berupa melarang PPDS tersebut untuk melanjutkan residen seumur hidup di RSHS dan kami kembalikan ke FK Unpad," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kemenkes, Azhar Jaya, saat dikonfirmasi, Rabu (9/4/2025).
1. Modus pelaku pencocokan darah

Seorang perempuan diduga menjadi korban pelecehan yang dilakukan oleh dokter residen yang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin.
Kasus dugaan perkosaan tersebut dilakukan dokter residen saat korban masih menunggu keluarganya jalani rawat inap di RSHS Bandung, Jawa Barat, yang menjadi pasien di rumah sakit tersebut pada Minggu (16/4/2025). Kasus tersebut terungkap setelah viral di media sosial.
"Jadi, ada penunggu pasien dan pasiennya membutuhkan darah, perlu darah. Nah, sama si pelaku ditawarin ke anak pasien, 'crossmatch-nya sama saya aja biar cepet prosesnya',” ujar seorang sumber dikutip instagram @ppdsgram, Rabu (9/4/2025).
2. Pasien diduga dibius

Dalam unggahan tersebut, korban kemudian dibawa ke lantai tujuh Gedung MCHC, sekitar tengah malam. Di sana, korban diminta berganti baju menggunakan pakaian pasien dan dipasangkan akses IV (infus). Korban diduga tidak memahami prosedur crossmatch sehingga hanya menurut.
"Menurut W, pasiennya juga gak paham sih prosedur crossmatch kayak gimana, makanya manut-manut wae," ujar sumber tersebut.
Setelah itu, korban diduga disuntik dengan midazolam, obat penenang yang dapat menyebabkan kantuk hingga hilang kesadaran. Pelaku diduga menunggu di lantai tersebut hingga korban mulai sadar sekitar pukul 04.00 WIB.
"Pelaku kelihatan pokoknya, mondar-mandir di lorong lantai tujuh. Korbannya sadar sekitar jam 4/5 pagian, terus keliatan jalan di lorong lantai tujuh, tapi sambil agak sempoyongan gitu,” jelasnya.
3. Pasien lakukan visum

Setelah sadar, korban mengeluhkan rasa sakit tidak hanya di tangan bekas akses IV, namun juga di area kemaluan.
"Abis crossmatch itu, pasiennya tuh ngeluh, kok yang sakit bukan cuma tangan bekas akses IV, tapi di kemaluan juga sakit," ujar sumber itu
Korban kemudian meminta visum ke dokter spesialis kandungan. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan adanya bekas sperma. Selain itu, setelah dilakukan pengecekan di lantai tujuh, juga ditemukan ceceran sperma di lantai.
"Terus di MCHC 7 itu juga setelah dicek, ada bekas sperma berceceran di lantai. Besokannya MCHC 7 dipasang police line," tulis unggahan tersebut.
4. Unpad kecam bentuk kekerasan

Sementara itu Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Rumah Sakit dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung sudah menerima laporan kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Unpad terhadap seorang anggota keluarga pasien yang terjadi pada pertengahan Maret 2025 di area rumah sakit.
"Unpad dan RSHS mengecam keras segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, yang terjadi di lingkungan pelayanan kesehatan dan akademik," ujarnya.