Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aksi Suku Pribumi Ekuador Berujung Ricuh: 79 Luka, 55 Orang Ditangkap

Suasana demonstrasi suku pribumi di Puyo, Ekuador(twitter.com/confeniae1)

Jakarta, IDN Times - Demonstrasi suku pribumi di Ekuador sejak Minggu (19/6/2022) masih berlangsung sampai saat ini. Protes yang terpusat di beberapa wilayah itu berujung pada kericuhan antara demonstran dengan aparat kepolisian yang tengah berjaga. 

Sebelum kejadian ini, Presiden Guillermo Lasso sudah mengumumkan pemberlakuan keadaan darurat militer di tiga provinsi, yakni Cotopaxi, Imbabura, dan Pichincha. Selain itu, terdapat deklarasi darurat terkait sistem kesehatan dan pendidikan interkultural. 

1. Bentrokan dengan aparat kepolisian terjadi di San Sebastian, Orellana

Protes yang dilakukan kalangan masyarakat pribumi Conaie di Ekuador terus berlangsung di beberapa wilayah, meliputi Orellana, Pastaza, dam Sucumbios. Bahkan di San Sebastian, Orellana bentrokan antara demonstran dan aparat kepolisian sudah terjadi sejak pukul 2 dini hari. 

Kericuhan terjadi usai aparat berusaha menghalau ratusan pendemo dengan gas air mata. Kabar itu sesuai dalam postingan di sosial media Confederation of Indigenous Nationalities of the Ecuadorian Amazon (Confeniae). 

"Militer menyerang warga di San Sebastian del Coca, sehingga truk dapat kembali masuk ke perusahaan minyak. Pemerintah akan menahan kami dari para pelaku kejahatan yang berusaha mengepung negara ini," ungkap Confeniae, dilansir Mercopress

Pemberontakan berlangsung selama satu setengah jam setelah demonstran bersikukuh bertahan di jembatan Payamino agar akses jalan ke kota tetap tertutup. Setiap kendaraan yang hendak melewati jembatan selalu dicek. Pada pukul 8 pagi, jembatan berhasil disterilisasi oleh otoritas setempat. 

2. Polisi sudah amankan Pusat Kebudayaan Benjamin Carrion

Sementara itu, Polisi Nasional Ekuador sudah mengamankan gedung Pusat Kebudayaan Benjamin Carrion di Quito sejak Minggu. Aparat kepolisian menggunakan gedung itu sebagai pangkalan bagi polisi yang berasal dari luar ibu kota. 

Hal ini sesuai dengan deklarasi darurat militer yang digulirkan oleh Presiden Guillermo Lasso, menyusul demonstrasi yang sudah berlangsung selama satu minggu ini. Aksi ini lantas menimbulkan protes dari pengurus pusat kebudayaan tersebut. 

"Ini adalah sebuah kesedihan yang saya ucapkan, lantaran kebudayaan sudah mati hari ini. Rezim tirani, kegelapan, dan teror sudah menang melawan keceriaan, keberagaman, dan keanekaragaman. Hari ini, teror sudah ada di insitusi kebudayaan di negara ini," tutur Fernando Ceron selaku Presiden Pusat Kebudayaan. 

"Terakhir kali Pusat Kebudayaan dikontrol oleh polisi adalah 42 tahun yang lalu saat berada dalam kepemimpinan diktator. Sekarang kita ada di dalam kediktatoran kembali. Rumah kebebasan berekspresi ini jatuh ke tangan peneror," sambungnya. 

3. Sebanyak 79 orang ditahan dan 55 orang terluka dalam bentrokan

Organisasi Hak Asasi Manusia Ekuador pada Senin (20/6/2022) menyebutkan, setidaknya terdapat 39 jenis pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan oleh otoritas setempat kepada para pendemo. 

Antara 13-19 Juni, aparat keamanan sudah menahan setidaknya 79 orang dan melukai sebanyak 55 warga sipil dalam bentrokan. Pelanggaran HAM ini juga terjadi ketika arapat keamanan menggerebek Pusat Kebudayaan Benjamin Carrion. 

Dilaporkan Telesur, jumlah tersebut kemungkinan masih terus bertambah, mengingat kebrutalan yang dilakukan aparat kepolisian kepada para pendemo. Hal ini juga diungkapkan oleh Wali Kota Cayambe yang menjadi tempat perempuan pribumi bekerja di industri bunga. 

"Rekan kami dari Cayambe, Imbabura, dan Guayllabamba telah menjadi korban kebrutalan yang dilakukan pasukan bersenjata. Tiga warga terluka akibat terkena semprotan gas air mata. Di Guayllabamba, seorang remaja 18 tahun tewas dan lima orang terluka usai jatuh ketika melarikan diri dari pukulan petugas," tutur Wali Kota Cayambe. 

"Terdapat tujuh orang yang ditahan, salah satunya adalah saudara saya yang disiksa dan ditarik dari rumahnya di Collas. Mereka mengharuskan mereka berlutut di tengah hujan dan malam," tambahnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us