Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Swing State di Pemilu Amerika Serikat 2024?

Capres AS Partai Demokrat, Kamala Harris dan Capres AS Partai Republik, Donald Trump. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Pilpres AS jatuh pada 5 November 2024, dengan Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik sebagai kandidat.
  • Sistem electoral college membutuhkan 270 suara elektoral untuk menang. Negara bagian swing state seperti Arizona, Michigan, Georgia, Pennsylvania, Wisconsin, Minnesota, Nevada, dan North Carolina menjadi sasaran kampanye.

Jakarta, IDN Times - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) telah dimulai. Sebagian dari negara bagian telah memulai pemungutan suara sejak pekan lalu. Capres dari Partai Demokrat Kamala Harris dan capres dari Partai Republik Donald Trump bersaing untuk memperebutkan kursi presiden pada 5 November 2024.

Berdasarkan Konstitusi AS, masing-masing dari 50 negara bagian mengadakan pemungutan suara pendahuluan. Sampai saat ini, terdata sudah lebih dari 50 juta orang yang memberikan suaranya untuk masa depan negeri adidaya tersebut.

Dengan memakai sistem electoral college, setiap kandidat membutuhkan 270 suara dari total 538 suara elektoral untuk bisa menang dalam Pilpres AS. Setiap negara bagian memiliki sejumlah ‘elektor’ berdasarkan jumlah penduduk.

Sebagian negara bagian bahkan memiliki sistem memberikan semua suaranya kepada siapa pun kandidat yang bisa meraup suara terbanyak terlebih dahulu. Diprediksi ada sejumlah negara bagian yang ‘menentukan’ atau swing states. Negara bagian ini juga menjadi sasaran kampanye Harris dan Trump.

Dilansir dari CNN, Minggu (3/11/2024), swing state bakal menjadi penentu dalam pilpres tahun ini. Sebenarnya, apa itu swing state?

1. Bisa menentukan suara electoral college

Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat. (unsplash.com/Kristina Volgenau)

Swing state merupakan sejumlah negara bagian kecil yang suaranya sangat menentukan jumlah dari electoral college setiap kandidat capres. Dalam kontestasi pilpres tahun ini, hasilnya berubah-ubah antara condong ke Demokrat atau malah ke Republik.

Swing state bisa disebut sebagai medan tempur para kandidat di mana mereka kerap berkampanye bahkan memasang iklan di negara-negara bagian tersebut.

Tahun ini, sejumlah negara bagian yang termasuk swing state adalah Arizona, Michigan, Georgia, Pennsylvania, Wisconsin, Minnesota dan Nevada, serta North Carolina.

Pennsylvania, misalnya. Negara bagian ini dulunya adalah daerah pemilihan Partai Demokrat yang bisa diandalkan. Namun saat ini, persaingan Harris dan Trump, yang berasal dari Partai Republik juga cukup ketat di negara bagian tersebut.

Lalu North Carolina, negara bagian ini hanya sekali memilih Demokrat pada 1980. Pilpres tahun-tahun berikutnya, mereka selalu memilih Republik. Namun Harris yakin, tahun ini warga North Carolina bakal memilih dirinya.

Populasi North Carolina kini sudah mencapai lebih dari 10 juta dan tumbuh lebih beragam. Harris yakin bahwa suara bakal masuk ke Demokrat.

2. Bagaimana proses pemilu Amerika?

ilustrasi "Count Every Vote" (pexels.com/Edmond Dantès)

Proses pilpres dimulai dengan warga AS memberikan suaranya di setiap negara bagian yang mereka tinggali. Sepekan sebelum hari pilpres, mereka bahkan sudah bisa memberikan suaranya.

Setelah itu, suara elektoral dari masing-masing negara bagian akan dihitung. Mayoritas negara bagian di AS menganut sistem pemenang akan mendapatkan semua suara. Artinya, kandidat yang memperoleh suara terbanyak akan mendapatkan semua suara elektoral dari negara bagian di AS.

Pengumuman siapa yang memenangkan pilpres akan diumumkan Januari setelah penghitungan suara elektoral seluruh negara bagian. Presiden terpilih nantinya akan disumpah pada 20 Januari.

3. Harris unggul di Iowa

Jajak pendapat terakhir di Iowa menunjukkan, Harris unggul 47 persen suara dibanding Trump yang hanya meraup 44 persen suara.

Padahal pada bulan September, jajak pendapat menunjukkan 47 persen warga Iowa lebih memilih Trump ketimbang Harris.

Negara bagian Iowa memiliki catatan beragam terkait Pilpres AS. Pada 2008 dan 2012 warganya memilih Barack Obama dari Partai Demokrat. Namun pada 2016 dan 2020 warganya berbelok memilih Trump dari Partai Republik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mohamad Aria
Deti Mega Purnamasari
Mohamad Aria
EditorMohamad Aria
Follow Us