Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Umumkan Kasus Pertama Varian Baru Virus COVID-19 Asal Inggris

ANTARA FOTO/REUTERS/Jefferson Siegel

Jakarta, IDN Times – Seorang pria di Colorado, Amerika Serikat (AS), terinfeksi virus corona varian baru asal Inggris. Hal itu diungkapkan Gubernur Colorado, Jared Polis dalam sebuah pengumuman, Selasa (29/12/2020).

Kasus itu menjadi kasus pertama infeksi yang melibatkan varian virus corona Inggris di Amerika Serikat. Otoritas kesehatan mengklaim virus corona varian Inggris merupakan virus yang lebih mudah menular daripada jenis virus lainnya.

Meski demikian, Otoritas kesehatan dari seluruh dunia mengatakan varian tersebut tampaknya tidak lebih mematikan daripada jenis COVID-19 yang diidentifikasi sebelumnya.

“Kami akan memantau kasus ini dengan cermat, serta semua indikator COVID-19, dengan sangat cermat,” kata Polis dikutip CNN.

1. Pelacakan kontak

Seorang pendukung memakai masker dengan gambar Trump satt mewabahnya penyakit virus corona (COVID-19), memperhatikan Presiden AS Donald Trump yang sedang berkampanye di Bandara Regional Middle Georgia di Macon, Georgia, Amerika Serikat, Jumat (16/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Menurut laporan, pria yang terinfeksi itu berusia 20-an tahun. Ia telah diisolasi di Elbert County, dan tidak memiliki riwayat perjalanan ke Inggris, kata kantor Polisi dalam siaran pers.

Mereka selanjutnya mengatakan, para pejabat kesehatan masyarakat sedang bekerja untuk mengidentifikasi kontak potensial dan kasus potensial melalui wawancara pelacakan kontak.

Pejabat kesehatan AS memprediksi, penyebaran varian itu terjadi karena COVID-19 jenis baru itu telah ada sejak September.

2. Larangan penerbangan dari Inggris

Pengunjung mengamati pesawat Garuda Indonesia bercorak khusus dengan visual masker pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (8/12/2020) (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Akibat penemuan virus yang lebih menular, banyak negara melarang penerbangan dari Inggris Raya. Beberapa maskapai penerbangan baru-baru ini juga mengumumkan, penumpang dari London ke Amerika Serikat harus menunjukkan hasil tes virus corona negatif.

Langkah itu diambil karena jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit AS telah mencapai rekor tertinggi. Bahkan pada tingkat ini para ahli kesehatan memperingatkan beberapa rumah sakit di AS mungkin harus menjatah perawat, respirator dan perawatan.

Salah satu area di mana rumah sakitnya mulai dipenuhi pasien COVID-19 adalah Los Angeles County. Banyak kasus telah memenuhi unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit selama berhari-hari, dan setidaknya lima rumah sakit telah menolak pasien karena masalah pasokan oksigen, kata para pejabat.

“Lonjakan di ICU di seluruh negeri dan dampaknya  benar-benar menghancurkan kami. Ini merupakan mimpi buruk. Kami membuat sekenario untuk bekerja keras dan mencegahnya,” kata Dr. Peter Hotez, spesialis penyakit menular di Baylor College of Medicine, kepada CNN, Selasa, 29 Desember 2020.

3. Corona di AS jadi episentrum baru COVID-19 di dunia

Presiden Amerika Serikat dari Demokrat Joe Biden mengunjungi Barrio Cafe saat tur bus usaha kecil sambil berkampanye di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, Kamis (8/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Amerika Serikat melaporkan pada 28 Desember 2020, ada 121.235 pasien virus corona di rumah sakit. Covid Tracking Project menyebut, jumlahnya dilaporkan terus meningkat, terutama pada hari-hari tertentu selama pandemik.

Sementara, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS mengungkapkan jika proporsi pasien yang terinfeksi COVID-19 di ICU juga telah meningkat, dari 16 persen pada September menjadi 40 persen pada minggu ketiga Desember 2020.

Dilansir laman World O Meters, hingga Rabu (30/12/2020) ini, jumlah kasus COVID-19 di AS ,mencapai 19.977.704 orang dengan jumlah kematian berjumlah 346.579 dan 11.844.472 lainnya berhasil sembuh.

Jumlah itu pun diprediksi akan semakin bertambah. Dr. Anthony Fauci bahkan menyebut, grafik kasus virus corona pada Januari mendatang bisa lebih buruk daripada bulan Desember, karena adanya lonjakan aktivitas selama liburan.

“Bagi mereka yang telah melakukan perjalanan, hal yang harus dilakukan sekarang adalah mencoba untuk tidak berkumpul dengan banyak orang dalam lingkungan sosial seperti makan malam,” kata Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.

“Begitu Anda bertemu banyak orang saat makan malam di dalam, ventilasi dan sirkulasi udara yang buruk, saat itulah Anda mendapat masalah. Itulah yang kami khawatirkan, bahwa selain lonjakan (saat ini), nampaknya bakal ada peningkatan tambahan lagi pada bulan depan. Ini bisa membuat grafik di Januari 2020 lebih buruk daripada sekarang,” lanjut dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
Ilyas Listianto Mujib
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us