Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Buku Jihad dan Racun Ditemukan di Rumah Tersangka Penusukan di Inggris

ilustrasi penikaman (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Jakarta, IDN Times - Axel Rudakubana yang berusia 18 tahun didakwa membunuh tiga gadis dan menikam 10 orang lainnya pada 29 Juli. Dia kini menghadapi tuduhan terorisme setelah polisi menemukan bukti produksi racun risin serta buku panduan pelatihan jihad di rumahnya.

Remaja tersebut sebelumnya menghadapi tiga tuduhan pembunuhan terhadap anak di bawah umur dan 10 tuduhan percobaan pembunuhan di kelas dansa serta yoga musim panas bertema Taylor Swift pada 29 Juli 2024.

Namun, kini Rudakubana akan hadir di pengadilan magistrat Westminster pada Rabu (30/10/2024) dengan dakwaan produksi racun risin dan file dokumen berjudul "Studi Militer dalam Jihad Melawan Tiran – Panduan Pelatihan Al-Qaeda".

1. Tidak ada racun risin pada korban dan belum digolongkan terorisme

Racun risin ditemukan di rumah tersangka pada awal Agustus, beberapa hari setelah serangan. Racun tersebut berasal dari tanaman dan menjadi salah satu racun paling mematikan di dunia. Diperkirakan 6 ribu kali lebih beracun dibandingkan sianida.

Namun, Renu Bindra dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris menyatakan, tidak ada bukti pada korban, responden, atau anggota masyarakat yang terpapar racun risin baik sebagai bagian dari insiden maupun setelahnya. Racun ini juga tidak ditemukan di lokasi kejadian.

"Saya menghargai bahwa informasi ini mungkin mengkhawatirkan. Namun, saya ingin menekankan bahwa tidak ada bukti keracunan risin pada siapa pun yang terlibat atau terkait dengan insiden ini," kata Bindra, dilansir dari The Guardian.

Sementara itu, Kepala Polisi Merseyside, Serena Kennedy, menyatakan bahwa tidak ada bukti racun risin di Hart Space dan insiden serangan belum dinyatakan sebagai aksi terorisme. Dia menekankan agar masyarakat tidak berspekulasi dan termakan informasi palsu di media sosial.

“Kepolisian Antiterorisme belum menyatakan serangan pada hari Senin 29 Juli sebagai insiden teroris. Saya menyadari bahwa tuduhan baru tersebut dapat menimbulkan spekulasi. Kasus yang menjerat Axel Rudakubana berdasarkan Undang-Undang Terorisme tidak memerlukan bukti motif," kata Kennedy pada Selasa (29/10/2024).

"Agar suatu kasus dapat dinyatakan sebagai insiden teroris, bukti motif harus ditetapkan," tambah dia.

2. Nama tersangka dipublikasi untuk hindari informasi bohong

Rudakubana, yang berasal dari desa Banks di Lancashire, muncul pertama kali di pengadilan Mahkota Liverpool dengan tuduhan pembunuhan tiga gadis dan 10 tuduhan percobaan pembunuhan dengan menggunakan pisau dapur. Ia kini ditahan di akomodasi penahanan remaja.

Dilansir BBC, sebelumnya nama tersangka tidak dipublikasi ke publik karena usianya yang di bawah umur dan jaksa menyebutkan bahwa terdakwa memiliki diagnosis gangguan spektrum autisme yang memengaruhi perilaku dan komunikasinya.

Namun, hakim Andrew Menary KC mengizinkan publikasi nama tersangka setelah permohonan dari media dan terdakwa akan berusia 18 tahun dalam beberapa minggu. Hakim juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap tersebarnya informasi bohong mengenai identitas terdakwa, serta ia meyakini keputusannya berpihak pada kepentingan publik.

"Terus mencegah pelaporan lengkap pada tahap ini memiliki kerugian karena memungkinkan orang lain berbuat jahat dengan terus menyebarkan informasi yang salah tanpa alasan yang jelas," kata Menary.

3. Informasi palsu memicu kekerasan terhadap pencari suaka dan Muslim

Setelah serangan yang menewaskan tiga gadis muda di Inggris, informasi palsu tentang identitas Rudakubana mulai tersebar di media sosial, yang dipicu dengan tidak dipublikasinya identitas tersangka yang sebenarnya berdasarkan hukum di Inggris.

Nama palsu yang tersebar sebelumnya adalah Ali Al-Shakati, yang pertama kali disebarkan oleh salah satu media Channel 3 Now di akun media sosial X, dan kemudian disebarkan kembali oleh pemengaruh sayap kanan.

Rumor palsu tersebut menambahkan bahwa tersangka adalah seorang imigran dan Muslim, yang akhirnya meningkatkan kebencian terhadap para pencari suaka dan Muslim di Inggris.

Meskipun sudah menyampaikan permintaan maaf, rumor palsu sudah menyebar dan memicu protes keras di Southport dan kota lainnya, termasuk dari pendukung sayap kanan ekstrem yang anti-imigran dan menuduh bahwa polisi telah menyembunyikan informasi.

Kekerasan dan kerusuhan bermula di Southport dan kemudian menyebar di seluruh Inggris dan Irlandia Utara selama seminggu. Lebih dari 1.000 orang ditangkap dan 600 orang didakwa akibat kerusuhan di seluruh Inggris.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Irfan
EditorMuhammad Irfan
Follow Us