Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Tuduh Ukraina Akan Tembakkan Nuklir ke Wilayahnya Sendiri

Ilustrasi perang/konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times – Rusia menuduh Ukraina berencana untuk menembakkan nuklir di wilayahnya untuk menyalahkan Moskow menjelang pertemuan penting Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Zat radioaktif telah diangkut ke Ukraina dari negara Eropa yang tidak disebutkan namanya dan Kiev sedang mempersiapkan provokasi skala besar, kata kementerian pertahanan Rusia pada Minggu (19/2/2023).

“Tujuan provokasi adalah untuk menuduh tentara Rusia melakukan serangan membabi buta pada fasilitas radioaktif berbahaya di Ukraina, yang menyebabkan kebocoran zat radioaktif dan kontaminasi di daerah tersebut,” kata pejabat kementerian, dilansir Al Jazeera.  

1. Rusia sering tuduh Ukraina lakukan operasi bendera palsu

Seorang anggota tentara Rusia menembakkan sebuah howitzer dalam latihan militer di Kuzminsky di selatan Rostov, Rusia, Rabu (26/1/2022). ANTARA FOTO/Sergey Pivovarov/File Photo.

Rusia telah berulang kali menuduh Kiev merencanakan operasi "bendera palsu" dengan senjata non-konvensional yang menggunakan bahan biologis atau radioaktif. Namun, tidak ada serangan seperti itu yang terwujud.

Ukraina dan sekutunya telah menolak tuduhan tersebut sebagai upaya sinis untuk menyebarkan disinformasi, dan menuduh Moskow merencanakan insiden itu untuk menyalahkan Ukraina.

Tuduhan Moskow muncul ketika para pejabat Ukraina mendesak politisi Amerika Serikat (AS) untuk menekan Presiden Joe Biden, agar mengirim jet tempur F-16.

Lobi dilakukan pada akhir pekan di sela-sela Konferensi Keamanan Munich dalam pembicaraan antara pejabat Ukraina, termasuk Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba dengan politisi Demokrat dan Republik dari Senat serta Dewan Perwakilan Rakyat AS.

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin (F-16) untuk menekan pertahanan udara musuh, sehingga mereka bisa mengalahkan drone mereka Rusia,” kata Senator Mark Kelly.

2. AS kemungkinan akan melatih tentara Ukraina terbangkan F-16

Ilustrasi White House (Unsplash/Stephen Walker)

Bulan lalu, Biden mengatakan tidak ketika ditanya apakah dia akan menyetujui permintaan Ukraina untuk F-16.

Pejabat administrasi Biden, pada Minggu, mengatakan Washington harus fokus pada penyediaan senjata yang dapat digunakan langsung di medan perang, daripada jet tempur yang membutuhkan pelatihan ekstensif.

Tapi mereka tidak mengesampingkan penyediaan F-16.

"Diskusi akan berlanjut selama beberapa minggu dan bulan ke depan," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dikutip dari CNN.

Ungkapan yang sama juga sempat diutarakan oleh Kementerian Pertahanan Inggris, bahwa Ukraina saat ini lebih baik fokus dengan tank yang lebih mudah dioperasikan.

3. Pejabat Eropa dan AS desak negaranya segera kirim bantuan ke Ukraina

Ilustrasi perang/konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Senator Republik, Lindsey Graham, mengatakan bahwa anggota parlemen AS secara luas mendukung pelatihan pilot Ukraina pada F-16 dan mengatakan dia yakin pemerintahan Biden akan segera menyetujuinya.

Seruan untuk memasok Ukraina dengan jet canggih mengikuti kesepakatan bulan lalu oleh Prancis, Inggris, AS, dan Jerman yang menyatakan bakal memasok Kiev dengan tank tempur modern.

Washington telah memberikan sekitar 30 miliar dolar AS bantuan militer ke Ukraina sejak awal Rusia melancarkan “operasi militer khusus”.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengeluarkan peringatan keras tentang persediaan peluru dan amunisi serupa yang menipis di Ukraina saat melawan balik invasi Rusia.

“Ukraina berada dalam situasi kritis dari sudut pandang dengan amunisi yang tersedia. Kekurangan amunisi ini harus diselesaikan dengan cepat, hanya dalam hitungan minggu,” katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us