Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Serangan Udara Israel Bunuh Jurnalis 19 Tahun di Gaza Utara

Hassan Hamad (twitter.com/@Hassan_hamad77)

Jakarta, IDN Times - Hassan Hamad, seorang jurnalis Palestina berusia 19 tahun, tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam rumahnya di kamp pengungsi Jabalia, Gaza utara, pada Minggu (6/10/2024).

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza tahun lalu, Hamad telah mendokumentasikan agresi Israel di Jalur Gaza dan bagaimana masyarakat terdampak oleh pemboman, pengepungan, dan kurangnya sumber daya. Hasil liputannya pernah ditayangkan di Al Jazeera dan beberapa media lainnya.

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, dengan terbunuhnya Hamad, jumlah jurnalis Palestina yang tewas sejak 7 Oktober 2023 meningkat menjadi 175 orang.

1. Jasadnya hancur akibat serangan

Rekan-rekan dan Kantor Media Pemerintah di Gaza mengonfirmasi kematian Hamad, dan mengatakan bahwa pasukan Israel sengaja menyerang rumah jurnalis tersebut untuk membungkamnya 

“Hassan Hamad melakukan perlawanan selama setahun penuh dengan caranya sendiri. Dia melawan dengan menjauh dari keluarganya agar mereka tidak menjadi sasaran. Dia melawan ketika dia berjuang untuk menemukan sinyal internet, duduk selama satu atau dua jam di atap hanya untuk mengirim video yang dapat Anda terima dalam hitungan detik,” tulis rekan Hamad dalam sebuah unggahan di akun X-nya.

“Pada pukul 6 pagi, dia menelepon saya untuk mengirimkan video terakhirnya. Setelah percakapan yang tidak berlangsung lebih dari beberapa detik, dia berkata, 'Itu mereka, itu mereka, sudah selesai,' dan kemudian menutup telepon,” tambah rekannya.

Menurut rekaman yang diverifikasi oleh Al Jazeera, jenazah Hamad ditemukan dalam keadaan hancur dan terpaksa dimasukkan ke dalam kantong plastik dan kotak. Saudara laki-lakinya, Mohammed Hamad, mengatakan bahwa ia hanya dapat mengenali Hassan dari rambutnya karena sangat sedikit yang tersisa darinya setelah serangan tersebut

2. Hamad sempat mendapat ancaman dari petugas Israel

Jurnalis Palestina, Maha Hussaini, mengungkapkan bahwa beberapa hari sebelum kematiannya, Hamad sempat menerima ancaman dari tentara Israel melalui pesan WhatsApp dan telepon, yang memerintahkannya untuk berhenti meliput situasi di Gaza.

“‘Dengar, jika kamu terus menyebarkan kebohongan tentang Israel, selanjutnya kami akan mendatangimu dan mengubah keluargamu menjadi (…) Ini adalah peringatan terakhir untukmu’…” demikian pesan yang diterima Hamad, yang dibagikan oleh Hussaini di X.

Pemerintah Israel sejauh ini belum memberikan komentar terkait kematiannya.

“Setiap kali seorang jurnalis terbunuh, terluka, ditangkap, atau dipaksa diasingkan, kita kehilangan sebagian kebenaran,” kata Direktur Program Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), Carlos Martinez de la Serna, dalam sebuah pernyataan pada Jumat (4/10/2024).

“Mereka yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban ini menghadapi dua persidangan, satu berdasarkan hukum internasional dan satu lagi berdasarkan pandangan sejarah yang tak kenal ampun,” tambahnya.

3. Serangan Israel menghantam kamar tidurnya

Dalam unggahan terakhirnya di X, beberapa menit sebelum kematiannya, Hamad melaporkan pemboman Israel terhadap sebuah rumah di Jabalia yang menewaskan enam warga Palestina.

“Sebuah rumah menjadi sasaran di dekat persimpangan di kamp Jabalia, sebelah utara Jalur Gaza. Berdasarkan laporan awal, ada enam orang yang syahid, termasuk seorang pengantin pria yang baru menikah seminggu yang lalu,” ujarnya.

Menurut rekan Hamad, Ashraf Mashharawi, artileri Israel menargetkan kamar tidurnya, tempat ia mengunggah rekaman yang diambilnya selama invasi Israel.

“Hassan terbunuh di kamar tidurnya saat fajar. Dia baru saja kembali ke kamarnya untuk mengirimi kami beberapa materi ketika dia langsung dibunuh. Saudaranya, yang berada (di ruangan lain), terluka ringan. Tapi jelas bahwa proyektil tersebut ditembakkan secara langsung dan spesifik ke kamar tidur Hassan dengan tujuan sengaja menyasarnya,” kata Mashharawi kepada Middle East Eye.

“Hassan telah diancam berkali-kali karena dia tetap berada di Jabalia, dan banyak foto serta video yang menjadi berita utama diambil olehnya. Tampaknya, hal ini mengganggu (pihak Israel) - fakta bahwa liputannya mendapat perhatian," tambahnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us