Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PERSI: Tempat Tidur ICU COVID-19 Masih Penuh, Terutama di Pulau Jawa

Ilustrasi tenaga medis (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Sekjen PERSI) Lia G. Partakusuma mengatakan, ruang ICU di RS rujukan COVID-19, khususnya di Pulau Jawa, masih penuh. Ia menjelaskan, di wilayah DKI Jakarta dan Bekasi, angka keterisian tempat tidur ruang ICU berada di atas 60 persen.

"Berbeda dengan isolasi biasa (yang keterisian tempat tidurnya menurun) dan ICU (keterisian tempat tidur masih penuh)," katanya pada acara Update RS Darurat Wisma Atlet: Dampak PPKM Terhadap Tingkat Hunian Rumah Sakit yang disiarkan di YouTube BNPB Indonesia, Selasa (16/2/2021).

1. Keterisian tempat tidur isolasi COVID-19 justru menurun

Ilustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Berbeda dengan keterisian ruang ICU COVID-19, keterisian tempat tidur isolasi di RS justru menurun. Hal itu bisa terjadi karena perbandingan jumlah pasien dengan kapasitas tempat tidur isolasi mengalami penurunan.

"Ada yang sudah di bawah 60 persen bahkan, tetapi ICU untuk kasus berat di Pulau Jawa masih dirasa padat," katanya.

2. Belum bisa disimpulkan PPKM sebagai alasan turunnya keterisian tempat tidur isolasi

Ilustrasi ruang isolasi COVID-19. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Lia masih belum bisa menyimpulkan apakah ada relasi antara penurunan keterisian tempat tidur isolasi di RS dengan kebijakan PPKM. Sebab menurutnya, hal itu masih harus dikaji lebih lanjut.

"Rasanya belum bisa kami pastikan, karena dampak itu setelah satu atau dua minggu setelah ada strategi baru," katanya.

3. RS memiliki tahapan agar ruang isolasi dan ICU bisa menampung pasien

Ilustrasi ruang isolasi COVID-19. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Ia menjelaskan bahwa RS memiliki tahapan-tahapan agar ruangan isolasi dan ruangan ICU bisa menampung pasien. Misalnya saja, apabila pasien COVID-19 di ICU keadaannya sudah membaik, maka akan dipindahkan ke ruang isolasi, begitu sebaliknya.

"Kalau sekarang penuh terutama di kritis itu penuh, maka orang mau masuk ke sana gak bisa, makanya WHO minta ada jenjang sehingga pasien untuk dipindah dari sedang ke berat, ke kritis, itu mudah," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us