Ekuador Tahan Tentara yang Diduga Terlibat Pembunuhan Anak

Jakarta, IDN Times - Kantor Kejaksaan Ekuador memerintahkan penangkapan 16 tentara Angkatan Udara (AU) pada Rabu (1/1/2025). Mereka diduga terlibat kasus tewasnya empat orang anak di bawah umur yang sempat hilang di kota pesisir Guayaquil beberapa pekan lalu.
Ekuador sudah menerapkan situasi darurat imbas rentetan aksi kekerasan hampir setahun terakhir. Negara Amerika Selatan itu terus dilanda krisis kemanan akibat aktivitas geng kriminal yang memanfaatkan teritori negaranya untuk mengirimkan narkoba ke berbagai negara.
1. Keempat korban hilang setelah bermain sepak bola
Jaksa Christian Farez mengungkapkan bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan terhadap belasan terduga pelaku. Ia pun memerintahkan Hakim Dennis Ugalde untuk memproses peradilan kepada personel militer yang menyebabkan hilangnya warga secara paksa.
Berdasarkan hasil uji forensik, keempat jasad anak-anak berusia 11-15 tahun terakhir ditemukan tak jauh dari terakhir kali mereka ditemukan hilang.
Melansir EFE, anak-anak tersebut dilaporkan hilang pada 8 Desember setelah bermain sepak bola dan ditahan oleh sejumlah personel militer di area Las Malvinas, bagian selatan Guayaquil. Sejak saat itu, nasib mereka tidak lagi diketahui hingga ditemukan tewas.
Dalam video yang tersebar di media sosial, sejumlah personel militer menangkapnya ketika mereka berjalan di dekat pusat perbelanjaan. Mereka kemudian dibawa ke Taura yang terletak 30 km dari Guayaquil.
2. Noboa dorong investigasi dan tolak adanya impunitas

Menanggapi kasus ini, Presiden Ekuador Daniel Noboa mengungkapkan, tidak boleh ada impunitas di negaranya. Ia pun meminta seluruh institusi hukum di Ekuador untuk bekerja sama dengan Kantor Kejaksaan Agung dalam proses investigasi.
Sementara itu, Wali Kota Guayaquil Aquiles Alvarez mengucapkan belasungkawa terhadap seluruh keluarga korban. Ia pun menyebut tidak ada yang dapat menghapus luka orang tua korban dalam kasus pembunuhan ini.
"Tidak ada yang dapat menghapus luka orangtua korban secara langsung maupun tidak langsung. Kebenaran ini membuat negara ini berada di level terendah. Paradigma telah dipecahkan, tapi ini membuat semuanya semakin buruk. Ini membuat Anda tidak ingin apapun, semuanya terluka," terangnya, dilansir CNN.
Kantor Kejaksaan Ekuador menyebut bahwa terduga pelaku kasus kekerasan dan penculikan paksa warga sipil, terutama anak di bawah umur akan menerima hukuman penjara antara 23-26 tahun.
3. Warga kulit hitam Ekuador protes rasisme yang dilakukan militer
Dalam acara pemakaman keempat anak tersebut, ratusan warga Las Malvinas menyuarakan protes terhadap pemerintah. Mereka mendesak keadilan terhadap para korban dan hukuman yang setimpal kepada personel militer yang terlibat aksi ini.
"Kami masih menjadi objek kekerasan hanya karena kami memiliki kulit hitam. Militer justru menjadi pelaku kriminal. Mereka membunuh anak-anak dan pemerintah tidak melakukan apapun untuk mencegah insiden ini," ungkap demonstran, dikutip Primicias.
Keempat anak tersebut diketahui berasal dari ras keturunan Afrika. Terdapat dugaan anak-anak tersebut mendapat perlakuan rasisme karena memiliki kulit hitam dan dituding terlibat dalam perampokan.
Hingga kini, militer Ekuador masih mengklaim bahwa keempat anak tersebut telah dibebaskan di sebuah area pedesaan. Namun, sebelum hari Natal, warga sekitar menemukan empat jasad korban dan sempat membuat keluarga korban bingung.