Tarif Impor Baru Donald Trump Ancam Ekspor Pertanian AS

Jakarta, IDN Times - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berencana menerapkan tarif tinggi pada produk impor asal China. Kebijakan ini dinilai berpotensi menambah beban bagi sektor pertanian AS yang sudah terdampak perang dagang sebelumnya.
Rencana ini diperkirakan akan makin menghambat akses produk pertanian AS ke pasar China yang selama ini menjadi konsumen utama. Komoditi yang paling terdampak diperkirakan adalah produk kedelai.
1. Trump akan berlakukan tarif baru pada produk China

Donald Trump telah mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif hingga 60 persen pada barang-barang asal China serta setidaknya 10 persen pada seluruh impor lain di periode pemerintahannya yang baru. Langkah ini menjadi perhatian khusus bagi para petani AS yang telah mengalami penurunan akses ke pasar China sejak perang dagang pertama kali terjadi pada 2018. Dalam perang dagang sebelumnya, China menanggapi tarif AS dengan memberlakukan bea impor pada produk pertanian AS yang mengakibatkan penurunan besar dalam ekspor produk seperti kedelai.
Menurut laporan Reuters, ekspor kedelai AS ke China turun drastis dari 36,1 juta ton pada 2016 menjadi 26,4 juta ton pada 2023. Angka tersebut menunjukkan ketergantungan China pada produk pertanian AS makin berkurang sejak 2018.
2. Petani AS butuhkan kebijakan ekspor yang mendukung

Beberapa petani dan pihak yang terkait dengan sektor pertanian di AS berharap bahwa pemerintah dapat mengadopsi kebijakan yang lebih mendukung ekspor. Mereka menginginkan upaya pemerintah untuk memperluas akses pasar internasional bagi produk pertanian AS melalui perjanjian perdagangan yang lebih menguntungkan.
“Kami benar-benar perlu memastikan bahwa produk AS memiliki pasar yang kuat di luar negeri dan mendapatkan penjualan yang dapat mendukung keberlanjutan industri ini,” ujar Kip Tom, seorang petani jagung dan kedelai dari Indiana yang pernah menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Badan Pangan PBB di masa pemerintahan Donald Trump sebelumnya.
3. Ekonomi pertanian AS diprediksi alami defisit besar pada 2025

Departemen Pertanian AS memperkirakan defisit perdagangan sektor pertanian akan mencapai rekor 42,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp73,2 triliun pada 2025. Perang dagang yang berlangsung sejak 2018 hingga kini masih menyisakan dampak pada ekonomi pertanian AS yang makin tertekan oleh kompetisi dari negara pemasok lain seperti Brasil. Selain itu, harga komoditas seperti jagung dan kedelai telah mengalami penurunan signifikan. Aspek tersebut menambah tantangan bagi petani dan industri terkait.
Jay O’Neil, konsultan industri biji-bijian, menilai bahwa harapan para petani terhadap pemerintahan Trump mungkin berlebihan. “Sangat naif jika ada yang berpikir bahwa pemerintahan Trump akan memberikan hasil positif bagi sektor pertanian,” ujarnya.
Langkah Donald Trump dalam menerapkan tarif baru dapat memperburuk tantangan yang sudah dihadapi sektor pertanian AS, terutama jika China merespons dengan kebijakan balasan yang semakin membatasi impor produk AS.